Sabtu, 09 Agustus 2014

Cerita Manis D'Rainbow Setelah SMA part 2; Bebi Cari Sensasi

mengenang scene lucu indra ngejahilin chacha zaman sma

Chacha masih membantu Iin mengelola café-nya yang sudah punya 4 cabang. Tugas Chacha tidak menyita banyak waktu, setiap pagi sebelum berangkat kuliah. Ia menarik data penjualan di komputer kasir, kemudian memeriksa apakah setoran harian yang diberikan sesuai dengan penjualan atau tidak. Setelah itu, Chacha akan menyetor uangnya ke rekening Iin dan mengirimkan laporannya lewat email. Iin sedang mempersiapkan 2 bisnis barunya, desain kaos dan studio musik di sela-sela waktu kuliah sehingga tidak punya waktu untuk mengambil setoran café. Karena pekerjaannya sudah serius, Iin pun sudah menggaji dan memberikan jabatan kepada Chacha. Iin hanya sesekali saja mengunjungi café-café-nya.
Chacha mondar-mandir melihat pantulannya di kaca pintu atm untuk mengecek keadaan benjol di dahinya. Sudah dua hari namun benjolannya belum sembuh juga. Mama Chacha tertawa ketika melihat mereka berdua berjalan bersama dengan dahi yang sama-sama benjol. Begitu juga para tetangga dan karyawan Iin senyum-senyum mengomentari benjolan di dahi mereka. Mamanya Iin justru bertanya dengan curiga.
“Kepala kalian kok bisa sama-sama bengkak begitu sih”
Chacha memandang Iin, mengisyaratkan agar ia menjawabnya. Iin sudah mulai menyadari dampak negative yang diakitbatkan sifat overprotektif mamanya ke orang lain, jadi Iin menghindari jawaban yang membuat Chacha berada di pihak yang bersalah. Zaman sma dulu, Chacha pernah kena damprat mamanya Iin. Di mata mamanya Iin, persoalan Chacha benar-benar bersalah atau tidak adalah urusan kedua, yang penting anak kesayangannya sehat wal’afiat dulu.
“Tadi kebentur…” Jawab Iin singkat
“Kebentur apa, kok bisa berdua gitu?” Tanya mamanya semakin curiga
“Kebentur aja…” Jawab Iin asal
Mamanya bertambah bingung
“Jawab dong In. Siapa tau benturannya kena bagian yang berbahaya. Tau-tau udah pendarahan di dalam aja. Mama ga mau kehilangan anak kesayangan mama”
“Eng….eng….” Iin bingung mencari alasan. Karena bingung, akhirnya Iin pun mengaku “Kebentur kepala Chacha” Mendengar jawaban Iin, Chacha langsung menepok jidatnya sendiri, lalu mengerang pelan karena tak sengaja menepok bagian yang bengkak.
“Kok bisa?” Tanya mama Iin semakin curiga “Kalian ngapain?”
O my God, teriak Chacha dalam hati. Ia sedikit trauma karena dulu mamanya Iin pernah berkomentar sinis soal Chacha yang dianggapnya ga punya sopan santun dan tata krama sebagai dampak perceraian orang tuanya.  Semenjak itu, Chacha selalu menjaga jarak dan perilaku di depan mamanya Iin. Chacha akan langsung kabur dan tidak berkunjung lagi selama setengah tahun jika Iin menjawab bahwa kepala mereka terbentur ketika bergulat. Chacha sudah bisa membayangkan isi pikiran mamanya Iin jika mendengar jawaban itu.
“Tadi….tadi….tadi…. kita lagi main smackdown” Jawab Iin pasrah
Chacha langsung tertunduk lemas.
“Apaan tuh smackdown?” Tanya mamanya IIn
“Tante, saya izin pulang dulu ya. Tadi udah janjian mau jalan ke mall bareng kak Ciara” Chacha berusaha tersenyum
“Oh iya, ya udah. Hati-hati di jalan ya Cha”
“Iya Tante” Chacha menyalim tangan mamanya Iin dan buru-buru kabur. Ia tidak ingin berada di tempat itu ketika Iin menjelaskan apa arti smackdown pada mamanya. Dan benar apa yang Chacha prediksi, ketika keesokan harinya mereka tak sengaja berjumpa di minimarket, wajah mamanya Iin benar-benar tidak ramah.
“Lu gila ya, ngomong ke nyokap lu kalo kita masih main smackdown udah segede ini” Ia menoyor kepala Iin ketika mereka bermain PS di rumah Chacha. Giliran Chacha yang duduk di sofa, dan Iin duduk di karpet.
“Terus gue mesti jawab apa lagi? Gue ga ada ide. Lu juga diam aja” Jawab Iin sambil membalas menoyor kepala Chacha.
“Apa kek, setidaknya bukan itu. Lu tau sendiri nyokap lu ngelihat gue gimana” Protes Chacha
“Tapi untung lu buru-buru pulang kemarin Cha. Lu tau ga sih, gue diceramahin soal seks bebas ama nyokap gue, hahahahahaha” Iin tertawa geli
“EMANG GUE SENGAJA PULANG KARENA GUE TAU PIKIRAN NYOKAP LU BAKAL KEMANA-MANA. Lu tau ga sih, kemarin pas ketemu di minimarket, gue dijutekin ama nyokap lu”
“Serius lo?” Tanya Iin tak percaya hingga ia mengabaikan game ps-nya.
“Huuu….kayak ga tau nyokap lu aja. Udah sering, kale. Jangan-jangan gue udah dicap sebagai cewek penggoda ama nyokap lu”
“Iya, kata nyokap gue kemarin –lagian si Chacha kok masih mau sih, ngeladenin permainan begituan. Dia kan anak gadis. Begitu tuh, kalo anak gadis dikasi les karate jadi kayak cowok kan-“
“Lah elu, hobinya masak ama ngerawat diri, narsis lagi. Kan kebalikan juga, apa bedanya ama gue? Ga adil! Terus…terus…?” Tanya Chacha penasaran, giliran dia yang mengabaikan permainan ps-nya.
“Gue jawab aja – yah… namanya juga lagi diserang. Pasti ngelindungi dirilah Ma- Terus nyokap gue jawab –halah, kalo dia ga ngebalas, kamu juga pasti ga akan terus-terusan nyerang. Emang dia aja yang kegenitan-“
“Maksudnya???” Teriak Chacha kesal “Gue harus rela tangan gue dipelintir ama lu gitu? Akkkhhhh, gue kesel ama nyokap lu…!!! Sorry ya In. Tapi lu juga sih, jawabnya begitu. Abis deh gue. Tapi bodo ah” Chacha berusaha menahan emosinya karena yang mereka bahas adalah mamanya Iin. Iin mungkin menganggap hal itu hanya kata-kata lucu dari nyokapnya, tapi bagi Chacha, itu seperti menekankan pandangan sinis nyokap Iin terhadap Chacha dan keluarganya. Awalnya Iin tertawa-tawa melihat wajah merengut Chacha, namun ia kemudian sadar bahwa temannya itu benar-benar kesal.
“Sorry ya Cha, gara-gara gue image lu jadi hancur”
“Yaelah gitu aja, biasa aja kali In” Chacha berusaha tersenyum
“Lu kesal ya?” Tanya Iin dengan iseng melongok tepat di depan wajah Chacha. Chacha tidak menjawab, hanya mendorong muka Iin agar menjauh.
“Gue tau lu bakal kesal” Iin kemudian berjalan menuju tasnya. Ia mengambil sesuatu dari tas dan melemparkan benda itu ke pangkuan Chacha “Buat lu, biar marahnya hari ini reda dikit” Kata Iin sambil kembali duduk di karpet dan bermain ps. Chacha mengambil benda yang dilempar Iin tadi, sebuah coklat batang berukuran besar. Chacha tersenyum, bukan karena coklat yang diberikan Iin, tapi karena kepeduliannya. Iin tau Chacha akan marah setelah mendengar ceritanya, jadi ia sudah menyiapkan hadiah untuk meredakan amarah Chacha. Kepedulian Iin terhadap hal-hal kecil seperti ini yang membuat para gadis De’Rainbow secara bergantian menaruh hati padanya.
“Kok lu bisa nebak sih, gue bakal kesal beneran”
“Yaelah, kayak gue baru kenal lu kemarin aja”
Chacha tersenyum mendengar jawaban Iin
“Boleh gue makan nih?” Tanya Chacha
“Ya bolehlah. Emang buat lo”
“Thank you ya In”
“Sama-sama Chacha”
Mereka kembali sibuk bermain ps ketika suara yang sangat familiar terdengar dari lantai bawah.
“CHACHAAA….IIIN…. BEBI IS COMING”
“NAIK AJA BEB. KITA DI ATAS” Teriak Chacha sekuat tenaga
“KALIAN MAIN PS LAGI YA???”
“IYAAA!!!” Teriak Chacha lagi
“IIIHHH….DASAR!!!! UDAH GEDE JUGA, MASIH AJA MAEN PS”
“BAWEEEEEL”
“WOI INI RUMAH, BUKAN HUTAN. UDAH KAYAK TARZAN LU BERDUA” Teriak Iin kesal sambil menggosok-gosok telinganya
Bebi muncul dari anak tangga dengan gaya centil khasnya
“Haaaai….” Sapa Bebi riang
“Haaaai….” Balas Chacha dan Iin datar
“Ih, ga seru banget sih nyapa lu berdua” Keceriaan Bebi berubah menjadi amarah
“Sambutan lu berdua kayak ga ada semangat hidup, tau ga! Beda ama sambutan Tasya – Helen. Kalo mereka yang disini, pasti jawabannya  -Aaahhhh, Bebi sayang. Duduk sini, sini! Aduuuh, kangen deh dua hari ga ketemu!- Terus kita bertiga nonton bareng film drama romantis, terus makan di luar sambil ngegosipin artis-artis di management gue, atau ga ngegosipin alumni-alumni sma kita. Huh” Bebi dengan seenaknya duduk di lengan sofa Chacha dan menghalangi pandangannya ke layar tv.  
“Beb, minggir ga kelihatan”
“Ogah. Emang sengaja!”
Chacha mengerang kesal dan berpindah tempat ke sebelah Iin yang duduk di karpet.
“Iiiiihh, ini permainan seram amat sih!!!  Banyak darah gitu. Ga ada game yang lebih lucu apa? Remote tv mana?”
“Hilang” Jawab Chacha
“Lu kemanain?” Tanya Iin bisik-bisik
“Ssstttt” Bisik Chacha menyuruhnya tetap diam
“Matiin! Matiiin! Sesuai perjanjian kita. Sabtu-minggu NO-PS!” Teriak Bebi kesal
“Ntar Beb, nanggung nih”
“Katanya mau jalan-jalan!!! Mana? Mandi aja blom!”
“Gue udah mandi, tinggal ganti baju” Jawab Iin
“Gue juga udah mandi” Jawab Chacha
“Kapan?” Teriak Bebi masih kesal
“Kemaren sore” Jawab Chacha seenaknya
“Bujuk buset” Indra yang duduk di samping Chacha terkejut “Pantesan daritadi gue nyium bau iler. Lu rupanya”
“Enak aja, gue ga ngiler. Bebi tuh yang ngiler”
“Enak aja! Gue ga ngiler. Udah ah, ga usah mengalihkan topik pembicaraan! Cepetan lu berdua mandi!”
Chacha dan Iin mematikan PS kemudian berebutan ke kamar mandi.

***
Pukul setengah delapan malam, Bebi, Chacha, dan Iin memutuskan makan di Sky Dining plaza semanggi. Tempatnya cukup cozy, dan mereka bebas teriak-teriak karena tempatnya di luar ruangan, dan yang pasti, karena disana ada akses internet super cepat juga. Chacha udah janjian mau skype-an bareng Tasya dan Helen jam 8 nanti. Ga terlalu pagi buat Tasya dan ga terlalu malam juga buat Helen. Selesai makan, Chacha menyalakan laptopnya dan mengatur skype-nya untuk bisa video conference bareng Tasya dan Helen. Sembari menunggu Chacha, Iin mengobrol dengan Bebi.
“Gw udah nonton FTV lu yang terbaru Beb. Kok peran lu sebentar amat sih. Baru 2 menit muncul udah diceritain mati. Padahal ceritanya bagus loh” Tanya Iin tak berperasaan. Chacha menyikut Iin.
“Gw juga ga ngerti kenapa gw pernah jadi pemeran utama. Akting gue bagus, tampang gw cakep. Produser ama sutradaranya aja yang matanya jereng”
“Akting gitu lu bilang bagus? Hellow….. give me a break. Akting lu tuh, bikin kepala gue sakit. Suara lu, tampang lu, gesture lu, semuanya hancur” Terdengar suara menjengkelkan dari belakang. Chacha, Iin, dan Bebi menoleh ke asal suara dan melihat tiga orang gadis cantik seumuran mereka tengah berdiri sambil melipat tangan.  
“Ci…ci…Cinta Lauriel?” Kata Iin terbata-bata menunjuk gadis yang berdiri di tengah-tengah “Gue fans berat lo” Kata Iin lagi. Chacha menahan Iin agar tidak bertingkah memalukan.
“Makasih. Jangan lupa dukung gue jadi artis terfavorite di SCTV Awards ya” Kata Cinta Lauriel tersenyum manis ke arah Iin. Iin menangguk patuh sementara Bebi dan Chacha tampak geram.
“Ngapain lu di sini?” Sentak Bebi galak
“Bukan urusan lo. Gue cuma ga tahan aja dengar lu muji-muji diri sendiri. Iih, kasihan deh orang yang haus pujian. Ha…ha…ha..hahahaha” Cinta Lauriel tertawa ngeselin diikuti oleh dua temannya yang ikut-ikutan tertawa tapi dengan tampang bingung.
“Udah deh, ga usah sok-sok-an. Lu juga terkenal karena modal tampang bule aja” Balas Bebi sengit
“Iih, iri ya. Kasihan deh. Ayo guys, kita pergi! Ngapain buang-buang waktu buat orang ga penting. Kalo tau lu di sini, gue juga ga bakalan makan di sini. Mana mau gue, makan bareng artis papan bawah” Cinta Lauriel kembali tertawa ngeselin sebelum berlalu dari hadapan mereka. Ia berbalik sebentar hanya untuk mengingatkan Iin agar tidak lupa memilihnya di ajang SCTV Awards.
Sepeninggalnya Cinta Lauriel, Iin tampak bahagia sementara Bebi sebaliknya.
“Siapa tuh?” Tanya Chacha bingung
“Lu ga kenal dia Cha? Dia bintang utama sinetron Ganteng-ganteng Harimau” Tanya Iin tak percaya
“Ga, gue jarang nonton sinetron. Kalo pemain supernatural atau CSI gue kenal”
“Ya ampun Cha, itu tuh Cinta Lauriel. Aktris muda paling popular di Indonesia saat ini” Jelas Iin
“Ga yang paling popular juga kali In” Bantah Bebi
Ketika pelayan mengantarkan minuman, Bebi mengambil gelasnya dan minum dengan tampang jutek. Belum hilang kekesalannya, lagi-lagi terdengar suara yang sangat familiar dari belakang mereka.
“Eh…eh…eh…eh…kayak kenal deh”
“Siapa lagi sih?” Teriak Bebi yang masih kesal dengan Cinta Lauriel
Iin dan Chacha menoleh ke belakang dan melihat Oyon Suroyon sudah berdiri dengan gaya khasnya.
“Oyon!” Teriak Iin dan Chacha berbarengan “Udah lama ga nongol”
“Gila, gw ga nyangka bakal bilang ini. Tapi gw kangen banget sama lu Yon” Kata Iin sambil memeluk Oyon
“Gantengan lu Yon. Dulu dekil amat” Puji Chacha
“Yoi Cha. Udah jadi artis harus perawatan dong”
“Lu kesini bareng siapa? Bareng cewek lu ya? Kenalin dong” Tanya Iin
“Apaan sih In. Ga enak ah ada ayang Beibeh di sini” Jawab Oyon “Ayang Beibeh…!!! Kamu makin cantik aja deh”
“Bodo!” Balas Bebi
“Ihh, ayang Beibeh jawabnya gitu” Kata Oyon sok ngambek
“Akrab banget sih lu berdua. Jangan-jangan, jangan-jangan nih…” Terka Iin ga jelas
“Apaan sih In” Kata Chacha bingung
“Loh, lu berdua ga tau?” Tanya Oyon
“Blom tau apaan?” Chacha balas bertanya
“Gue ama Beibeh kan udah satu management sejak tiga bulan lalu” Jelas Oyon “Bebi ga ada cerita?”
Iin dan Chacha menggeleng
“Gue udah cerita. Mereka aja yang ga dengar, gara-gara asik maen ps” Jelas Bebi dengan wajah kesal
“Begh, akrab banget lu berdua” Goda Oyon “Bagus Cha, ajarin Iin biar jadi lebih macho. Lu berdua kan cocok tuh. Sifatnya kebalik. Yang cewek, kecowok-cowok’an. Yang cowok, kecewek-cewek’an”
“Lu juga cocok tuh sama si Bebi. Sama-sama ngeselin” Balas Iin
“Lu ga tau aja Yon, gara-gara sering bergaul ama Chacha nih. Si Iin sifatnya juga rada mirip Chacha sekarang”
“Eh, si Tasya udah online nih” Kata Chacha
Chacha mengutak-atik skypenya sebentar dan tak lama kemudian wajah Tasya muncul di layar laptop Chacha. Tasya duduk di halaman rumput kampus, keadaan di sekelilingnya terang benderang. Philadelphia yang berbeda 11 jam dengan Indonesia terlihat cerah dan hangat disinari matahari musim semi. Tasya terlihat semakin cantik dan bergaya. Rambut panjangnya tampak berwarna coklat diterangi sinar mentari pagi.
“Hey guys. I miss you so much!”
“Tasyaaa!!!!!” Teriak Chacha dan Bebi bersemangat. Iin juga menjawab sapaan Tasya, namun tidak seantusias Chacha dan Bebi “Kita kangen banget nih sama lu” Lanjut Bebi
“Sama Beb. Aku juga kangen kalian di sini” Balas Tasya
“Ih Tasya, lu tuh makin cakep aja deh tiap hari. Lu beneran kuliah ga sih di sana” Puji Chacha
“Ah bisa aja Cha, kamu juga kelihatan makin cakep kok”
“Makin kucel begini lu bilang cakep” Bebi memprotes Tasya “Gue yang jelas-jelas makin cakep ga dipuji”
“Hiiii, sirik aja lu” Balas Chacha
Tasya tergelak melihat tingkah kedua temannya yang dari dulu memang selalu bertengkar
“Kamu cantiknya luar biasa Beb, sampe ga bisa dipuji lagi. Apalagi di FTV kamu yang baru. Aku sampe bela-belain streaming lho biar bisa nonton” Bebi tersenyum manis dipuji sedemikian rupa
“Sya, kita kedatangan teman lama nih?” Chacha menggeser laptop agar webcamnya menyorot wajah Oyon.
“Eh….itu Oyon ya?” Teriak Tasya bersemangat “Kok beda sih, jadi ganteng!”
“Ah, Tasya bisa aja!” Jawab Oyon malu-malu bikin jijay “Lu juga makin cakep Sya. Makin kayak bule!”
“Nama kamu sering banget aku lihat di berita yahoo Indonesia. Kamu udah terkenal ya sekarang. Hebat deh!!!” Kata Tasya, baik dan ramah seperti biasanya.
“Ah, Tasya mah…bikin malu aja” Balas Oyon dengan logat betawi khasnya
“Sya, bentar ya. Gw connect-in ke Helen dulu”
“Ok, Cha”
Chacha mengutak-atik lagi laptopnya dan tak lama kemudian muncullah wajah imut Helen dengan kacamata besarnya. Helen terlihat mengenakan piyama tidur dan selimut tebal di luar ruangan. Ia menguap sangat lebar, tidak sadar anak-anak De’Rainbow sudah bisa melihat tampangnya di layar laptop.
 “Helen!!!!” Teriakan mereka membuat Helen kaget dan berhenti menguap dengan mulut masih terbuka lebar.
“Woi! Nguap gede amat. Udah kayak buaya” Kata Iin tergelak
“Terserah gue dong, mulut-mulut gue” Balas Helen “AAaaaaakhhhhhh……guys!!!!! Kangen banget gue lihat kalian!” Lanjutnya lagi
“Kita juga” Teriak mereka beramai-ramai kemudian tertawa riuh.

Mereka saling bergantian menggoda dan mengolok-olok satu sama lain sehingga membuat suasana menjadi semakin ramai dengan dengan canda dan tawa. Situasi seperti inilah yang sangat mereka rindukan. Duduk bersama, berteriak dan tertawa seolah-olah tak punya beban hidup.
“Lu lagi makan apa Len?” Tanya Iin yang sudah bisa tertawa lepas
“Ahhh, gue lagi makan bulgogi”
“Hah? Buldog?” Kata Bebi, lemot seperti biasanya
“Apaan tuh?” Tanya mereka bingung
“Daging sapi panggang. Nih gue lagi makan bareng teman gue. Lu semua pasti kaget ngelihat siapa yang gue temuin di sini!”
“Lagi bareng Oyon ya” Tanya Chacha menggoda Helen
“Kalo Oyon disana, terus ini siapa?” Protes Oyon lucu
“Eh, itu Oyon yah?” Tanya Helen tak percaya
“Iyeeeee. Ini gue!” Jawab Oyon
“Oyon, lu kok ga dekil lagi sih? Ga seru ah. Ga ada yang diledekin lagi dong” Kata Helen
“Huuuuuh, kalo ngeledekin gue aja. Hepi banget” Oyon membalas candaan Helen “Siapa yang lagi makan bareng lu di sana? Lebih ganteng dari gue ga? Waduh, berani benar ngerebut Helen dari gue” Lanjutnya lagi
“Oh iya” Helen tampak menarik seseorang dari dekat panggangan.
“Halo semua!” Seorang pemuda dengan wajah yang tak asing, muncul di layar laptop Chacha. Butuh waktu agak lama hingga anak-anak De’Rainbow bisa mengenali pemuda itu.
“Itu….Wawan bukan sih?” Kata Tasya
“Aaaah….iya” Teriak anak-anak De’Rainbow yang berada di Indonesia plus oyon
“Kok bisa????” Teriak mereka lagi
“Wawan sebenarnya juga kuliah di kampus lu Cha. Tapi kalo lu ngambil psikologi, Wawan ngambil jurusan sastra Indonesia. KBRI di Korea lagi bikin pekan budaya di sini, naaaah si Wawan dan teman-temannya diundang buat tampil”
“Yaaaaah. Peluang gue buat jadian ma lu makin kecil dong Len” Teriak Oyon. Bebi meneriakinya. Chacha dan Iin hanya tertawa kecil mendengar kata-kata jujur yang keluar dari mulut Oyon.
“Kalian salah paham. Wawan tuh bukan pacar gue. Kita cuma temenan kok”
“Teman atau temen?” Goda Iin “di Korea udah jam berapa sekarang Len? Kok Wawan masih ada di apartemen lu?” Lanjut Iin menampilkan wajah isengnya tepat di depan webcam hingga membuat Tasya dan Helen terkejut melihatnya.
“Aaa…gu…gu…i…ini” Helen tiba-tiba tidak bisa berbicara
“Caelah, dianya malu-malu” Oyon ikut-ikutan menggoda Helen
“Aaaaah, Helen. Gue ga nyangka ternyata lu duluan yang ngerasain. Cerita-cerita dong”
“Bebi, ngomong apaan sih. Dasar otak mesum!” Chacha menoyor kepala Bebi. Bebi manyun sambil menggosok-gosok kepalanya.
            Mereka terus bercanda dan tertawa, tak peduli dengan lirikan orang-orang yang penasaran dengan kericuhan mereka. Satu setengah jam kemudian, mereka memutuskan untuk menghentikan video conference itu. Pertama karena di Korea sudah hampir tengah malam dan Wawan harus pulang ke apartemen temannya. Kedua, Tasya ada kegiatan bareng teman kampusnya. Ketiga, karena anak-anak ga enak dengan keributan mereka yang mulai mengganggu orang-orang yang makan di skydining. Mereka merasa lapar dan haus setelah video conference yang ricuh itu. Jadi Iin, Chacha, dan Oyon memesan lagi makanan.
“Beb, lu ada masalah apa sih sama si Cinta Lauriel? Kok dia ngebully lu gitu sih?” Tanya Chacha
“Ga ngerti gue. Emang dia aja sirik karena gue lebih cantik dan berbakat. Dia kan cuma menang tampang bule aja” Kata Bebi “Lu tau sendiri orang Indonesia lebih cinta bule daripada lokal”
“Beb, kalo mau terkenal di Indonesia, lu tuh harus cari sensasi” Iin memberikan saran
“Bener tuh ayang Beibeh” Oyon mengangguk “Produser tuh milih pemain utama bukan berdasarkan bakat aja. Kalo lu popular banget di masyarakat dan dianggap menjual, lu juga bisa jadi pemeran utama. Contohnya tuh si Dewi Resik ama Julia Ngeres”
“Setuju gue Beb. Lu bikin gossip apa kek, yang bikin orang-orang bisa kenal lu”
Chacha menyenggol lengan Iin, memberi sinyal agar Iin tidak keterlaluan menggoda Bebi.
“Tapi gue ga nyangka dunia hiburan ada bullying macam gini” Kata Chacha, sengaja mengembalikan pembicaraan ke topik awal mereka “Lu ga diapa-apain kan? Kalo kata katanya sih lu cuekin aja. Ga penting nanggepin orang kayak gitu” Tanya Chacha lagi
“Wah, kalo gue jadi lu, udah gue tonjok tuh cewek” Bagaikan setan Oyon dan Iin muncul di samping Bebi dan mengompor-ngomporinya.
“Bener tuh Yon, ngasi pelajaran dikitlah biar jangan macem-macem lagi”
“Ih, lu berdua apaan sih. Udah deh, jangan nyari masalah” Bentak Chacha sehingga membuat Oyon latah sanking kagetnya “Saran kekgitu jangan didengerin Beb!” Lanjut Chacha
“Hm…” Kata Bebi menggerakkan bibirnya sebagai sinyal tanda setuju.
            Chacha sengaja memilih topik seru yang bisa mereka bahas bersama-sama untuk membuat Bebi melupakan kekesalannya. Satu jam kemudian, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika sedang berjalan ke pintu keluar, mereka berpapasan lagi dengan Cinta Lauriel. Ketika mereka lewat, terdengar celotehan sinis Cinta Lauriel.
“Wah, si artis papan bawah udah pulang. Haaah, akhirnya tempat ini jadi elite lagi”
Bebi berhenti berjalan dan berbalik menantang.
“Maksudnya apa tuh?”
“Ih, emang yang gue maksud elu. Berarti lu ngaku dong, kalo lu artis papan bawah, ha…ha..ha..hahahahaha” Katanya kembali tertawa ngeselin
Kejadian selanjutnya benar-benar tak disangka oleh Chacha, Iin, maupun Oyon. Bebi berjalan ke arah Cinta Lauriel dan menonjok wajahnya. Chacha, Iin, dan Oyon membelalakkan mata menyaksikan peristiwa itu. Dengan sigap, mereka menarik Bebi sekuat tenaga hingga keluar skydining, bahkan memaksanya masuk ke mobil dan pulang. Di mobil, Chacha, Iin, bahkan Oyon memarahi Bebi abis-abisan.
“Bebi, lu tuh udah gila ya? Tuh cewek pasti ga terima di begituin, apalagi yang lu tonjok mukanya. Lu yang bilang sendiri kalo di dunia keartisan, aset yang paling berharga tuh muka! Grrrr…..” Chacha meluapkan semua emosinya “Lagian lu berdua sih! Udah tau Bebi gampang kena hasut, masih aja dikompor-komporin”
“Kita becanda Cha. Gue ga ngira Bebi benar-benar mau nonjok orang” Iin berusaha membela dirinya. Sedangkan Oyon masih melongo, trauma dengan kejadian yang baru disaksikannya.
“Biar aja, biar tau rasa dia. Udah lama gue gedek ama dia” Kata Bebi sengit
“Bebi…., kalo dia ngelapor ke polisi gimana? Lu tuh bisa dituntut karena menganiaya orang” Kata Chacha hampir menangis sanking putus asanya menjelaskan ke Bebi dampak perbuatannya.
"Lebay banget sih lu Cha. Gue cuma nonjok sekali doang kok. Polisi juga males kali nanggepin laporan tuh cewek. Tapi kalo polisi nanggepin, bagus dong, biar beritanya jadi lebih besar. Kayak Oyon dan Iin bilang, artis tuh emang banyak yang populer gara-gara nyari sensasi"
"Beb, lu parah ya. Udah kekgini masih aja mikiran popularitas" Tegur Iin
"Pokoknya nih, lu berdua termasuk lu Yon, ga ada yang boleh ngelapor ke bokap nyokap gue! Kita udah dewasa, ga perlu ngelapor-ngelapor kayak anak kecil"
"Ga bisa Beb, kasus ini tuh udah masuk tindak kriminal. Gue ga mau ambil resiko. Lu tuh yang kayak anak kecil! Makanya kalo mau ngelakuin sesuatu mikir dulu dong. Percuma lu dikasi otak"
"Sok pintar lu Cha, jangan mentang-mentang masuk UI lu jadi berasa paling pintar dari gue"
            Walaupun Bebi memprotes, Chacha dan Iin tetap menjelaskan kepada orang tua Bebi tentang perbuatan yang baru saja Bebi lakukan. Nyokap Bebi sampe pingsan mendengar berita itu dan bokap Bebi marah besar. Walau Bebi menganggap mereka pengkhianat, tapi bagi Chacha, Iin, dan bahkan Oyon ini adalah langkah tepat. Benar saja, ayah Bebi langsung menghubungi pengacara mereka untuk berkonsultasi mengenai tindakan kriminal yang baru saja Bebi lakukan. Iin dan Chacha tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan masalah ini. Mereka bbm-an sambil menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bersambung













Tidak ada komentar:

Posting Komentar