Senin, 11 Agustus 2014

Cerita Manis D'Rainbow Setelah SMA part 4; Sejenak Kembali Ke Masa Lalu

Kok lu tega banget sih Cha?

Chacha, Iin, dan Bebi begitu senang setelah membaca pesan Helen dan Tasya di Line group D’Rainbow hari ini. Mereka mengatakan libur musim panas telah tiba di Amrik dan di Korea, yang artinya mereka akan pulang ke Indonesia, yay!!! Apalagi, summer break itu bertepatan dengan libur semester ganjil, jadi mereka bisa kumpul dan senang-senang!
Segera setelah Helen dan Tasya tiba di Indonesia, D’Rainbow langsung kumpul di tempat karaoke keluarga favorit mereka. Segala tekanan hidup dan hal-hal menjengkelkan mereka luapkan dengan berteriak-berteriak ga karuan. Ada satu hal yang ga berubah dari gaya hidup mereka, ga ada yang rela mentraktir. Saat layar menunjukkan bahwa waktu karaoke mereka telah habis, Chacha sibuk mengumpulkan uang untuk bayar sewanya. Puas bernyanyi, mereka mengisi perut di salah satu resto popular di daerah itu.
“Eh, ngegosipin alumni sma kita yuk” Ajak Bebi
“Ada yang tau Virgo dimana ga?” Tanya Helen tiba-tiba
Mendengar nama Virgo disebut, wajah Bebi langsung berubah masam
“Kok langsung bahas Virgo sih?” Tanyanya gusar
“Lah, terus siapa lagi Beb? Gue udah bosan ngebahas Claudia mulu”
“Virgo kuliah di kampus gue” Jelas Chacha “Jurusan Hukum, gue juga baru tahun lalu, itu juga lihatnya di Baliho kampus. Dia ketua BEM kampus gue”
“Iya?” Anak-anak D’Rainbow terdengar surprise mendengar kabar itu, kebanyakan karena tidak mengerti artinya. Setelah Chacha menjelaskan panjang lebar, baru mereka mengangguk-anggukkan kepala.
 “Kayaknya Virgo bakal jadi politikus deh nantinya. Apalagi jurusannya Hukum” Kata Iin
“Iya. Senang banget ya dia berorganisasi, waktu SMP jadi ketua OSIS. SMA jadi ketua OSIS juga. Kuliah, jadi ketua BEM” Gumam Tasya
“Sepuluh tahun lagi jangan-jangan dia jadi ketua MPR” Kata Helen
“Atau presiden?” Sambung Bebi
 “Jauh bener khayalannya” Balas Chacha
“Yaaah….Bebi nyesal deh dulu putus ama Virgo” Goda Helen. Bebi hanya bisa manyun
“Siapa juga yang nyesel. Virgo itu ngebosenin tau, mukanya sih ganteng, tapi omongannya selalu ngebosenin, tentang politik-lah, korupsi-lah, hajat hidup orang banyak-lah, ga ngerti gue…”
“Ga heran Virgo kabur Beb, habisnya lu oon sih” Canda Iin
“Udah…udah…, itu kan masa lalu” Kata Tasya “Ga usah diungkit-ungkit lagi”
“Cie, Tasya yang ga mau ngungkit masa lalu. Virgo itu kan cinta pertama Bebi en Tasya” Kata Helen cuek.
“Lu sama Bebi juga sama-sama suka Oyon” Balas Chacha mewakili Bebi dan Tasya
“Lu ama Bebi juga sama-sama suka kakak gue, sama-sama suka Ricko, Raja, noh si Iin aja lu rebutin… “
“duh makin banyak disebutin, kok gue ngerasa kita sering suka cowok yang sama ya?” Gumam Chacha.
Hanya satu orang yang tidak ikut berdiskusi masalah itu. Yup, Iin pura pura sibuk menerima telpon dari rekan bisnisnya yang tak lain adalah Oyon. Ia meminta Oyon menelponnya karena anak-anak D’Rainbow membahas masalah yang terlalu sensitif bagi Iin. Sebagai balasannya, Iin berjanji akan membantu Oyon mendapatkan ayang Beibeh.
Sejak terpencar, hubungan D’Rainbow jauh lebih harmonis. Kini mereka tidak lagi ragu membahas isu-isu sensitif dalam kehidupan mereka. Hanya dengan begitu mereka bisa memanfaatkan waktu yang sangat sempit untuk membuat pertemuan mereka menjadi lebih berkualitas. Selain itu beranjak dewasa, ego mereka juga sedikit berkurang. Mereka jarang bertengkar sampe ngambek-ngambekan karena hal itu hanya membuang-buang waktu pertemuan mereka yang sangat singkat.
“Oh, iya ya… masih ingat ga Tasya megangin hidungnya sambil ngekhayal dari pagi sampe malam karena dicubit Virgo?” Chacha, Helen, dan Bebi tergelak sementara Iin pura-pura sibuk dengan hapenya. 
“Tapi menurut kalian, cinta pertama itu orang yang pertama kita sukai atau pacar pertama kita?” Tanya Bebi polos
“Emmm, kalo menurut gue cinta pertama itu, orang yang pertama kita suka. Pertama kalinya ngerasain hati yang deg-degan ga karuan gara-gara cowok” Jawab Helen
“Gue ingat cinta pertama Chacha itu namanya Putra kan?” Kata Tasya
“Emmmm….. gimana ya? Emang sih, kalo dilihat dari pengertian Helen. Cinta pertama gue ya Putra. Tapi, gue rasa, kita lebih ingat pacar pertama ga sih” Jelas Chacha, menghindar menyebut nama Mongky
“Yang kocak tuh Helen, cinta pertamanya Oyon!” Seru Chacha tertawa lepas kemudian menahan dirinya setelah melihat Bebi manyun.
“Kalo dari pengertian yang gue sebutin tadi sih, cinta pertama gue sebenarnya Valen, walaupun nasibnya kayak Chacha. Bertepuk sebelah tangan”
"Kita gampang amat ya sekarang ngebahas ini. Dulu bisa sampe cakar-cakaran deh. Apa karena kita udah ngelupain cinta pertama kita?"
Chacha berhenti bicara karena teringat Iin yang belum bisa ngelupain Tasya. Keadaan sempat menjadi canggung untuk beberapa saat. Untungnya, di saat yang bersamaan pelayan datang dan mencatat pesanan mereka. Chacha langsung mengalihkan perhatian anak-anak D’Rainbow ke buku menu.
 “Lu minumnya apa Sya?” Tanya Bebi
“Bir aja deh” Jawab Tasya
“Gue juga” Kata Helen santai
Chacha, Iin, dan Bebi bengong mendengar pesanan mereka, setelah itu saling bertatapan tak percaya. Dua gadis paling baik di D’Rainbow jadi doyan bir sejak sekolah ke luar negeri. Oh my God, Chacha ga bisa ngebayangin kalo mereka bertiga yang sekolah di Amrik atau di Korea. Tinggal ma ortu aja masih dibilang bandel dan bermasalah, apalagi kalo tinggal sendirian di luar negeri. Jangan-jangan pulang ke Indonesia udah bawa anak.
            Sejak sekolah ke luar negeri, memang anak-anak D’Rainbow yang tinggal di Indonesia bisa melihat perubahan gaya hidup Tasya dan Helen. Yang paling gamblang adalah cara dandan dan berpakaian. Penampilan Helen sudah sangat berubah. Poni lucunya sudah hilang berganti dengan rambut panjang berwarna coklat caramel. Helen juga sudah mengenakan softlens, hanya sesekali ia mengenakan kacamata. Baju yang Helen kenakan pun sangat terinspirasi dari Korean style yang penuh dengan benda-benda lucu dan warna-warna baby. Kata Helen, di Korea sana orang-orang sangat memperhatikan penampilan. Kalo penampilan kita ga banget, bakal susah nyari teman. Bebi yang dari dulu emang centil, senang banget ngelihat gaya Helen. Bahkan sekarang mereka punya satu topik yang bisa mereka bahas bareng-bareng.
Beda lokasi, beda pula gaya. Apabila Helen jadi lebih kekorea-koreaan, maka Tasya jadi lebih kebarat-baratan. Bagusnya, tubuh kurus-jangkung Tasya jadi lebih berisi karena di sana lebih banyak makan protein daripada gula. Penampilannya pun jadi lebih elegan. Kalo Bebi suka dengan gaya Korean style-nya Helen, maka Chacha sangat suka gaya Tasya yang sekarang. Tasya yang sekang tuh benar-benar beda banget. Buang jauh-jauh deh bayangan Tasya waktu masih susah dulu. Hanya satu masalah fashion Tasya, bajunya jadi lebih terbuka. Tasya mungkin tidak sadar karena selama di Amrik, hal tersebut dinilai normal-normal saja, tapi di Indonesia justru kelihatan agak vulgar. Bahkan baju yang menurut Tasya sopan dan tertutup, masih dinilai terlalu seksi oleh Chacha, Iin, dan Helen, beda dengan Bebi yang memang sudah terbiasa melihat hal tersebut. Sebenarnya Chacha, Iin, dan Helen juga tidak terlalu ekstrim menilai cara berpakaian ala budaya barat. Bagi mereka, mengenakan baju terbuka sih sebenarnya ok-ok saja, asalkan sesuai dengan waktu dan tempat. Terlalu sering mengomentari baju yang dikenakan Tasya terkadang membuat anak-anak D’Rainbow jadi ga enak sendiri sehingga mereka pun belajar menerimanya. Nah, sekarang nambah satu lagi masalah. Tasya dan Helen jadi doyan minum bir.
Selepas pertemuan pertama mereka, Chacha dan Iin membahas masalah ini di sela-sela waktu bermain PS mereka.
“Cha bilangin tuh sama si Helen-Tasya, budaya luar jangan dibawa-bawa ke Indonesia. Ga suka gue ngelihat mereka minum bir begitu”
“Ya bilanglah sendiri. Masa’ harus gue sih”
“Ga enak gue”
“Ya lu kira gue gimana? Kita kan udah sama-sama gede, ga enak juga kalo terlalu ngatur gaya hidup mereka In”
“Tapi yang mereka lakuin kan salah”
“Lu bantuin juga dong, masa’ gue sendirian”
“Iya, ntar gue coba bilangin ke Helen. Lu bilangin ke Tasya” Kata Iin memberi saran
“Tapi kan… gue udah sering banget ngomentari Tasya soal bajunya. Orang sabar kayak Tasya bisa ngeri tau kalo sekali marah. Gimana kalo kita gantian?”
“Duh Cha, kalo gue ga punya masa lalu ama Tasya, gue bakal nerima tawaran lu. Tapi lu tau sendiri kan Tasya itu mantan gue. Ntar gue bisa dituduh macem-macem kalo ikut campur kehidupan pribadinya”
Chacha menghela nafas panjang
“Tapi gimana cara ngomongnya ya?”
“Ya ngomong, pake mulut” Kata Iin tak peduli
Chacha menimpuk Iin dengan bantal sofa.
Seminggu kemudian,Tasya mengajak spa di salon langganannya. Sayangnya, Helen sudah berjanji menemani kak Aldi membeli buku dan Bebi ada jadwal syuting.
“Bareng gue aja Sya” Chacha menawarkan diri
“Ha?” Tasya dan Helen melihat Chacha tak percaya
“Sekali-sekali gue juga pengen ke spa” Jelas Chacha sambil cengengesan, padahal dalam hati ia sangat malas. Kalo bukan untuk membahas masalah bir, Chacha ogah dah pergi ke spa. Dia udah dengar dari kak Ciara gimana badan kita bakal dipegang sana dan sini sama mbak-mbaknya. Ya iyalah Cha, namanya juga lagi dipjat.
Sesampainya di spa, bukannya menasehati Tasya soal bir, Chacha malah keenakan dipijat hingga tertidur pulas, udah gitu gaya tidurnya malu-maluin lagi. Tasya memotret chacha dan membagikannya ke anggota D’Rainbow lewat private chat. Foto itu sukses membuat Iin, Helen, dan Bebi tertawa ngakak. Sehabis spa dan nyalon, Chacha dan Tasya makan malam di resto favorite yang Chacha rekomendasikan. Saat menunggu pesanan datang, tiba-tiba mata Tasya tertuju pada seorang pemuda yang memperhatikannya sejak tadi. Mereka saling menunjuk sebelum mengklarifikasi identitas masing-masing. Chacha melihat ke arah lawan bicara Tasya dan segera mengenali sosok jangkung Virgo. Chacha dan Tasya melambaikan tangan mereka, mengajak Virgo datang ke meja mereka.
“Hei, udah lama banget ga ketemu. Kalian berdua makin cakep aja”
“Si Tasya tuh, kalo gue masih gini-gini aja dari dulu”
“Iya, emang kamu kelihatan beda banget Sya. Gimana kabarnya? Kita satu kampus ya kan Cha”
“Loh, kok lu tau?” Tanya Chacha
“Ya iyalah, fakultas kita kan sebelahan. Tapi lu susah banget ditemui di kampus, lu ga aktif ikut organisasi ya?”
“Gue aktif kok, tapi di MAPALA dan UKM Basket. Selain itu, gue juga bantuin Iin ngelola café-nya”
“Oooooh, kok bisa ya kita jarang ketemu?"
        "Organisasi kita beda aliran" Komen Chacha
         "Gue dengar-dengar lu kuliah di Amrik Sya. Kuliah dimana?”

Tanya Virgo, beralih ke Tasya
“Di upenn”
“Ha? Dimana tuh?” Tanya Virgo bingung
“University of Pennsylvania”
“Oooooo, yang di Philladelphia itu ya”
“Kok tau” Giliran Tasya yang bingung
“Gue pernah ikut conference mahasiswa hukum di sana”
“Wah, keren tuh”
“Ah, biasalah mahasiswa”
“Kamu sendiri di sana ngambil jurusan apa?”
“Ngambil jurusan social policy”
“Wah, jurusannya ga ada di Indonesia tuh. Di kampus aku adanya jurusan kesejahteraan sosial, itu juga udah ditutup karena kurang peminatnya”
“Iya, makanya daddy, nyuruh aku kuliah jauh-jauh ke sana. Sebenarnya tadinya aku masuk jurusan kesejahteraan social, di kampus aku kan juga ada jurusan social welfare, tapi daddy nyaranin buat ngambil jurusan social policy aja”
“Emang bedanya apa?” Tanya Virgo lagi
“Aku kurang tau kalo di sini kurikulumnya seperti apa, tapi kalo kami di sana lebih ngebahas tentang gimana cara mengevaluasi kebijakaan pemerintah, cara membuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi masyarakat terutama kaum marginal”
“Luas banget dong cakupannya”
“Iya, makanya dari awal masuk kita udah disuruh milih satu negara dan satu aspek untuk dibahas secara khusus. Bisa soal kesehatan, ekonomi, kriminal, hak-hak politik, banyak deh. Metode penelitian yang dipake sebenarnya sama-sama aja….”
Bla…bla…bla…bla…, itulah yang terdengar di telinga Chacha. Ia berasa jadi nyamuk di sana karena ia tidak mengerti apa yang Virgo dan Tasya bicarakan. Benar kata Bebi, mungkin dia dan Iin memang kurang bersosialisasi akhir-akhir ini. Dan Bebi juga benar soal obrolan Virgo yang ngebosenin. Saat seru-serunya berdiskusi, pelayan datang membawa pesanan mereka. Virgo terkejut dengan botol bir yang diantar oleh pelayan.
“Kamu minum Sya?” Tanya Virgo tak percaya
“Eh….iya” Jawab Tasya malu, merasa Virgo akan menuduhnya sebagai cewek nakal. Karena bir di Indonesia memang masih dianggap sesuatu yang negatif.
“Maaf ya”
“Ah, gapapa. Teman aku yang kuliah di luar negeri juga jadi doyan bir. Habisnya disana ditawarin mulu” Kata Virgo
“Eeem… iya. Kalo aku hang-out bareng teman-teman college pasti diajaknya ke bar deh. Awalnya sih nolak, tapi lama-lama jadi ga enak” Jelas Chacha
“Sama. Dulunya sih aku ga terima sama alasan teman aku itu. Tapi setiap aku ikut conference internasional, pasti deh malamnya diajak ke Bar. Emang ga enak, kalo cuma aku yang ga minum. Soalnya di beberapa negara, itu justru menunjukkan itikad bersahabat. Tapi ngelakuinnya sesekali aja, udah nyampe di sini kebiasaan kayak gitu ditinggalkan. Benar kata orang, masih lebih enak cendol” Virgo bercerita panjang lebar “Biasanya sih orang minum bir alasannya cuma ada dua, buat have fun bareng teman atau lagi ada masalah” Lanjut Virgo sambil tersenyum manis ke arah Tasya dan langsung mendeteksi kegelisahannya. Virgo melirik Chacha yang seolah mendapat percerahan setelah mendengar perkataannya dan sadar bahwa ada sesuatu yang ingin mereka bahas sesegera mungkin. Virgo pun permisi kembali ke mejanya. Sebelum pergi, mereka sempat tuker-tukeran nomor.
“Sya, emang kamu lagi ada masalah?” Tanya Chacha setelah Virgo pergi.
“Eeeeeng, ga ada kok Cha” Kilah Tasya
“Udah Sya, jujur aja. Gue tau kok lu orangnya gimana, lu bukan orang yang mudah kena pengaruh buruk. Minum-minum kayak gini tuh bukan lu banget. Kalo lagi ada masalah, cerita aja”
Tasya menghela nafas panjang sebelum mulai bercerita
“Kamu tau kan kalo tahun ini sebenarnya study aku udah selesai?” Kata Tasya sebagai pembuka cerita. Chacha mengangguk. “Nah, mama dan daddy nyuruh aku untuk langsung ngelanjutin S2”
Mata Chacha terbelalak kaget.
            “Terus, terus?”
“Aku sebenarnya pengen balik ke Indonesia, kerja dulu setahun setelah itu baru kuliah lagi. Tapi kata daddy, ga usah, katanya orang yang udah kerja biasanya malas sekolah lagi. Mending langsung lanjut aja, apalagi pelajarannya masih fresh di kepala. Ditambah, kalo aku udah sempat pulang ke Indonesia, untuk balik kesana aku harus ngurus segala dokumen baru lagi”
“Jadi?”
“Jadi… aku udah mutusin untuk lanjut S2”
“Berarti kita pisah lagi dong” Kata Chacha sedih. Ia memeluk Tasya erat. Saat memeluk temannya itu, Chacha memikirkan bagaimana perasaan Indra mendengar berita ini.

Bersambung













Minggu, 10 Agustus 2014

Cerita Manis D'Rainbow Setelah SMA part 3; Waw.....


Anak-anak D’Rainbow heboh dengan kasus penganiayaan yang dilakukan Bebi terhadap Cinta Lauriel. Beritanya sendiri udah masuk infotainment.
“Guys,  dari artikel yang gue baca katanya kalo pekerjaan korban sampe terganggu, itu udah masuk kategori penganiayaan biasa” Jelas Helen
“Emang ada kategorinya ya?” Tanya Chacha
“Ada Cha…! Kalo perbuatan si Bebi udah masuk kategori penganiayaan biasa, itu artinya dia harus ditahan alias dipenjara, huuuuuuuuuuuu” Jelas Helen panjang lebar di whatsapp.
Chacha dan Iin saling berpandangan, bingung dan khawatir atas kejadian yang menimpa Bebi.Chacha menggeram kesal pada Iin, membuat Iin bergidik ngeri.
“Maaf Cha. Gue ga nyangka Bebi bisa senekat itu”
Chacha menghela nafas panjang, percuma marah-marah ke Iin terus karena yang saat ini tertimpa masalah adalah Bebi. Pengacara keluarga Bebi sudah berusaha mencari jalan damai namun Cinta Lauriel tidak menerima tawaran tersebut. Ia ingin Bebi dipenjara. Chacha maklum dengan hal itu, karena tonjokan  Bebi sukses membuat wajah Cinta lebam. Tampaknya Bebi mengumpulkan seluruh tenaganya di satu pukulan itu hingga membuat Cinta Lauriel pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Hasil visum dan rekaman cctv menjadi bukti tak terbantahkan. Pengacara keluarga Bebi hanya bisa menawarkan solusi agar Bebi mengaku salah atas kejahatan yang ia lakukan. Jika Bebi terlihat sangat menyesal di persidangan nanti, jaksa penuntut kemungkinan besar akan meringankan hukumannya. Pengacara keluarga Bebi mengatakan kemungkinan besar Bebi akan mendapat hukuman penjara selama 3-6 bulan jika terbukti bersalah. Chacha, Iin, Oyon, dan teman-teman Cinta Lauriel diminta menjadi saksi di persidangan.
             Selama menunggu masa persidangan Polisi sudah menahan Bebi di penjara. Chacha dan keluarga Bebi menangis-nangis saat polisi membawa Bebi dua hari setelah kejadian penganiayaan itu berlangsung. Orangtua Bebi berusaha tegar menghadapi masalah ini, mereka tak henti-hentinya berpesan agar Bebi tetap berdoa selama di penjara. Chacha, Iin, dan Oyon sering mengunjungi Bebi di penjara, berusaha menghiburnya agar tetap tegar, namun menangis sedih setelah pulang dari sana.
Semua orang sudah sangat putus asa dan yakin Bebi akan dinyatakan bersalah. Untungnya Oyon berhasil menemukan fakta bahwa Cinta Lauriel dan teman-temannya sering ngebully artis-artis baru. Bersama Chacha dan Iin, Oyon mencari beberapa artis di management yang menjadi korban bullying Cinta dan teman-temannya. Mereka rata-rata mau bersaksi membantu Bebi, karena mereka tau bagaimana rasanya berada di posisi Bebi. Pengacara keluarga Bebi mengatakan bisa menggunakan hal ini untuk menuntut balik Cinta Lauriel. Berkat artis-artis ini, akhirnya keluarga Cinta Lauriel menerima tawaran damai dari pengacara keluarga Bebi. Tuntutan ditarik, dan Bebi pun dikeluarkan dari penjara. Namun, berada 2 minggu di penjara cukup membuat Bebi insyaf.

“Selama di penjara, gue sadar bahwa kekerasan ga akan menyelesaikan masalah. Kekerasan justru membuat masalah semakin runyam. Makasih udah membantu gue keluar dari masalah ini ya guys” Kata Bebi dengan nada menyesal saat mereka berkumpul di sela-sela acara syukuran yang diadakan keluarganya.
“Maafin Oyon juga karena udah ngompor-ngomporin Bebi. Oyon belajar bahwa tindakan provokasi itu sangat berbahaya dan jahat. Karena yang terkena dampaknya bukan Oyon, tapi Bebi, keluarga Bebi, Cinta Lauriel, keluarga Cinta, dan D’Rainbow” Kata Oyon sambil tertunduk sedih
“Maafin gue juga Beb, karena udah memprovokasi elu” Kata Iin lirih, menahan air matanya. Tidak tega melihat wajah Bebi yang semakin tirus akibat stress.
 “Maafin gue juga Cha. Seharusnya gue dengar kata-kata lu yang udah berusaha ngingetin gue” Jawab Bebi berlinang airmata.
“Bebi…, lu tuh anak D’Rainbow yang paling susah dibilangin. Tapi gimanapun keadaan lu, kita bakal selalu sayang sama lu dan ga akan pernah ninggalin lu kok” Kata Chacha sambil memeluk Bebi erat.
Air mata Chacha mengalir deras, Iin dan Oyon memeluk mereka dan ikut menangis bersama. Tasya dan Helen yang berada di luar negeri meminta maaf karena tidak bisa menemani Bebi di saat ia menghadapi masalah.
Masalah hidup Bebi tak sampai di situ, akibat perseturuannya dengan Cinta Lauriel, ada isu bahwa managementnya tidak akan memperpanjang kontrak Bebi. Untungnya Oyon bisa menyakinkan sutradara yang paling dekat dengannya agar mau merekrut Bebi di salah satu sinetron terbaru yang dibintangi Oyon. D’Rainbow berpesan agar Bebi menunjukkan kemampuan terbaiknya di sinetron ini. Tampaknya, di penjara menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi Bebi. Kini Bebi bisa berakting sedih dengan sangat menyakinkan hingga membuat penonton berurai air mata.
Semasa di penjara, Bebi sempat berteman dengan beberapa ibu-ibu yang mengaku sebagai fans-nya. Di sela-sela kesibukannya, terkadang Bebi mengujungi mereka untuk membawa makanan enak. Bebi berubah jadi lebih ramah, kepada orang-orang disekitarnya dan kepada anggota D’Rainbow. Yaah, walaupun ngomongnya masih nyablak dan rada asal. Tapi kalo menurut Oyon, disitulah menariknya Bebi.

***
Hubungan Chacha dan Bebi menjadi semakin dekat sejak kasus Bebi vs Cinta Lauriel.  Saat Iin berhalangan hadir, mereka kini tak canggung lagi jika harus jalan berdua. Chacha sudah mau menemani Bebi shopping sesekali, terkadang bertiga bareng Oyon. Dua bulan terakhir, kontribusi Oyon terhadap hidup dan karir Bebi sangat besar karena itu sikap D’Rainbow terhadap Oyon pun berubah menjadi jauh lebih baik.
Walaupun terdengar salah, tidak dipungkiri bahwa apa yang dikatakan Iin dan Oyon soal artis cari sensasi itu memang benar adanya. Terbukti, sejak kasus itu, popularitas Cinta dan Bebi semakin meningkat. Status Bebi naik setingkat menjadi artis papan tengah. Tawaran menjadi pemeran utama dalam FTV pun mulai berdatangan. Tinggal menunggu waktu hingga Bebi bisa mendapatkan peran besar di sinetron. Hal ini tentu sangat disyukuri oleh seluruh anggota D’Rainbow.
Chacha, Iin, Bebi, dan Oyon tengah berjalan-jalan di Mall untuk membeli baju baru. Oyon dan Bebi diundang ke party yang diadakan pemilik PH. Chacha dan Iin membiarkan Bebi dan Oyon sibuk memilih-milih baju sementara mereka berdiri di belakang memperhatikan tingkah Bebi sambil bercanda.
“Gue benar-benar ga nyangka si Bebi bisa masuk penjara” Kata Iin sambil menggelengkan kepala
“Benar-benar dah tuh kasus. Cobaan yang paling berat yang pernah dialami D’Rainbow” Jawab Chacha “Alhamdulillah-nya sih, itu bikin kepribadian si Bebi berubah jadi lebih baik. Gue yakin dia ga akan nyari masalah lagi kayak dulu”
“Gue setuju ama lu. Tapi sebenarnya Cinta Lauriel juga salah sih Cha. Maksud gue, dia ngebully orang sampe banyak yang stress. Padahal kan, beban kerja di dunia entertainment kayaknya berat. Ga usahlah ditambah lagi”
“Setuju. Gue rasa sama kayak Bebi, sekarang si Cinta Lauriel itu pasti mikir dua kali sebelum ngebully orang. Kalo orangnya pasrah, bisa-bisa aja. Lah kalo yang dibully bisa ngebalas kayak Bebi? Emang dia mau ngambil resiko masuk Rumah Sakit lagi?”
“Intinya, salah dua-duanya deh”
“Setuju!”
“Selain Bebi, lu juga banyak berubah Cha” Kata Iin
“Masa sih. Kayaknya sama-sama aja” Jawab Chacha
“Bagusnya sih, emosi lu ga meledak-ledak kayak dulu lagi. Dan yang paling waw, lu udah mau ngalah sama Bebi. Walaupun cuma sekali-sekali. Tasya ama Helen pasti kaget dengarnya”
“Ya iyalah, namanya juga udah dewasa. Masa’ mau berantem terus sih. Bagusnya ada, jeleknya apaan dong”
“Lu jadi lebih pendiam dan tertutup Cha. Gue senang lu lebih bisa mengontrol emosi sekarang, tapi kadang-kadang gue juga kangen Chacha yang ekspresif”
“Sama dong kayak lu” Kata Chacha
“Oh ya?”
“Lu yang sekarang lebih pemurung. Beda sama Iin yang dulu ceria ‘n easy going banget”
“Oh ya? Menurut Bebi, gue malah jadi lebih kasar dan emosian kayak lu” Tuduh Iin
“Di luarnya iya. Tapi di dalam, lu tuh makin melankolis”
Iin hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata Chacha “Yaaah, walaupun narsisnya tetap sama” Lanjut Chacha tertawa sambil menyikut lengan Iin pelan.
“Lu berdua ngapain sih? Ngegosipin gue ya?” Tanya Bebi
“Yeeee, ge-er banget. Rugi ngegosipin lu, buang-buang waktu” Kata Iin
“Kalo gitu, lu berdua pasti ngegosipin gue!” Sambung Oyon
“Ogah deh” Canda Chacha
“Huuuu….dasar lu Oon Sur’oon” Sambung Iin
“Weee… gara-gara ada ayang Beibeh aja nih gue bisa sabar dikit. Coba ga ada, gue ajak berantem deh lu berdua” Oyon masih melanjutkan candaan mereka
“Cieee, yang sekarang udah ayang-ayangan sama Bebi” Goda Iin dan Chacha
“Huh” Bebi mengejek mereka sebelum kembali asyik memilih baju.
“Cha…Cha, yang ini kayaknya bagus buat lo. Cobain deh. Kan udah lama kita ga ngelihat lu tampil feminim” Kata Bebi bersemangat
“Ntar kalo Chacha jadi cakep, lu jeles lagi Beb” Komentar Iin
“Hmmm, itu kan Bebi yang dulu. Yang masih norak ‘n kekanak-kanakan” Kalo sekarang kan gue udah dewasa, udah berubahlah. Apalagi karir gue lagi naik daun, gue harus bisa menampilkan image yang down to earth” Jelas Bebi panjang lebar “Lagian sekali-kali lu berdua tampil gaya kek di depan teman-teman gue. Gue kan ga rela kalo mereka ngomong jelek tentang lu berdua. Mereka kira, mereka udah bagus amat apa?”
Iin dan Chacha berpandangan tak percaya mendengar penjelasan Bebi
“Ih waw. Beb, sejak kapan lu mulai peduli ama kita?” Tanya Iin
“Gue ga salah dengar kan?” Kata Chacha masih tak percaya
“Lu berdua ya, selalu negative thinking tentang gue”
“Hahahahaha, engga kok Beb. Makasih ya udah perhatian” Kata Chacha memeluk erat Bebi
“Ih waw, lu berdua salah makan ya? Atau gue lagi mimpi?” Kata Iin tak percaya
Chacha menendang Iin.
“Ikutan aaah” Iin membuka lebar tangannya hendak memeluk Chacha dan Bebi
“Wedeh, pelukan kagak bilang-bilang. Ikut dong” Teriak Oyon norak
“Iiih, najong” Chacha dan Bebi langsung ngibrit ke kamar ganti, meninggalkan Iin dan Oyon yang masih bengong dengan tangan terbuka lebar. Iin dan Oyon memilih duduk di bangku panjang yang disediakan di dekat kamar ganti. Melihat cewek yang keluar dari kamar ganti adalah sesuatu yang disenangi pria. Berharap ada kejadian kayak di film-film, ada cewek yang jadi kinclong dan bening setelah ganti baju.
“Taaadaaa! Gimana In?” Bebi keluar dari kamar ganti mengenakan baju modis seperti biasa.
“Cakep Beb” Puji Oyon dan Iin bersemangat
“Cakepan mana dari baju gue yang tadi?” Tanya Bebi lagi
“Yang ini Beb” Kata mereka serentak
Bebi masuk lagi ke kamar ganti dan keluar dengan baju baru lagi. Bebi sudah keluar-masuk kamar ganti hingga 3 kali, namun Chacha belum keluar-keluar juga. Bebi sedang mencoba baju keempat ketika akhirnya Chacha keluar… dengan baju yang ia kenakan sebelumnya.
“Lho? Mana? Kok bajunya ga dicoba?” Iin bertanya bingung
“Udah gue coba, cocok kok?”
“Tapi kan kita blom lihat?”
“Buat apa?” Tanya Chacha bingung
“Ya haruslah. Kata Helen, menurut buku yang dia baca dan gue dengar dari dia, penilaian cowok tentang keindahan dan kecantikan tuh hampir sama. Nah, anggap aja kalo penilaian gue dan Oyon sama dengan jutaan pria yang bakal ngelihat lo make baju itu” Jelas Iin. Oyon mengangguk tanda setuju.
“Ah lebay lu berdua” Chacha berjalan ke arah bangku kemudian duduk menunggu Bebi keluar.
“Taaadaaa!!!” Teriak Bebi lagi, masih ceria “Loh, Cha. Kok bajunya ga lu coba?”
“Tuh kan” Iin seperti mendapat dukungan dari Bebi
“Gue udah nyoba, cocok kok” Jelas Chacha
“Iiiiiih, tapi kan kita blom lihat” Rengek Bebi “Mana bisa lu bilang itu cantik atau ga sebelum orang lain yang lihat”
“Bener apa yang gue bilang kan” Kata Iin sambil mencubit pipi Chacha
“Aaaah, malas gue ganti baju lagi” Protes Chacha
“Yaudah, sini gue gantiin” Iin menawarkan jasanya yang ditanggapi Chacha dengan sebuah tendangan
“Ayolah Cha… Kita kan pengen lihat lu jadi cakep lagi. Udah lama banget sejak terakhir lu dandan. Gue bosan ga ada saingan” Bujuk Bebi. Iin menoyor kepala Bebi. Chacha masih menggeleng.
“Udah Beb, gue bantu seret ke kamar ganti. Lu ikutan masuk aja, paksa Chacha nyoba bajunya lagi!” Iin memegang lengan Chacha dan sudah bersiap menariknya.
“Lepasin atau gue gigit lagi tangan lo” Ancam Chacha
“Buset dah. Leader kalian ini galak amat dah” Seru Oyon
Setelah 10 menit, bujuk rayu Iin dan Bebi pun berhasil. Chacha akhirnya mau kembali lagi ke kamar ganti. Ia keluar 2 menit kemudian mengenakan mini dress selutut hitam tanpa lengan dengan kerah model V yang dipilihkan Bebi untuknya. Bentuk dress-nya yang pas di badan membuat lekukan tubuh Chacha yang selama ini ia tutupi jadi terlihat. Aksen kerut di bagian roknya menambah manis penampilan Chacha.
“Cailah, cakep banget dah!” Teriak Oyon hepi
“Tuuuh kan, pilihan gue benar” Bebi berteriak senang.
“Terlalu seksi Beb” Keluh Chacha
Melihat Chacha mengenakan dress seperti itu membuat Iin sedikit bengong. Walaupun rambutnya masih dikuncir seperti biasa, Chacha tampak beda dengan dress itu. “Chacha bentar masuk lagi” Bebi menarik Chacha masuk ke dalam kamar ganti meninggalkan Iin yang masih takjub. Mereka keluar 1 menit kemudian. Kali ini Iin lebih takjub hingga berdiri dari tempat duduknya. Bebi mungkin hanya melepaskan ikatan rambut Chacha, dengan segala upaya memaksanya mengenakan sedikit bedak dan lipstick. Tapi perbedaan kecil itu sukses membuat Iin terpana. Chacha punya rambut panjang indah yang selalu ia kuncir, Iin tau itu. Chacha punya tubuh ramping yang selalu ia tutupi dengan kaos longgar, Iin sangat tau itu. Chacha dianggap cantik oleh teman-teman sekolahnya dulu, Iin tau itu walaupun sedikit membuatnya bingung.
Iin melihat Chacha tidak lebih dari sekedar teman sepermainan sejak kecil. Apapun pujian orang terhadap fisik Chacha tidak membuatnya tertarik secara… secara…yah, kalian mengertilah maksudnya. Apalagi menjadi saksi dan korban atas temperamen Chacha yang meledak-ledak setiap hari, tentu mengurangi ketertarikan Iin terhadap temannya yang satu ini. Selain itu, kedekatan mereka terkadang membuat Iin tidak sadar bahwa Chacha adalah seorang gadis. Iin sadar bahwa Bebi, Tasya, dan Helen adalah seorang gadis, tapi Chacha…. Jika udara Jakarta menjadi sangat panas, Iin tidak segan-segan membuka kaosnya di samping Chacha  sementara mereka bermain ps atau menonton film action.
Namun, entah mengapa kali ini Chacha benar-benar kelihatan beda di mata Iin. Benarkah gadis cantik ini adalah gadis yang duduk menemaninya bermain ps setiap hari? Gadis yang menemaninya bermain kelereng waktu kecil dulu? Smackdown? Karate-karatean ala Power Ranger? Gadis yang dulu pernah menyatakan cinta padanya? Mata lu di taro dimana selama ini In….? Tanya Iin dalam hati.
Bebi masih mengelilingi Chacha seperti pematung melihat hasil pahatannya sedangkan Iin masih zone-out. Tiba-tiba Bebi mengambil handphonenya dan mulai memotret Chacha.
“Gaya dong Cha”
“Hah?” Chacha terlihat bingung “Lu ngapain?”
“ngefoto lu! Ntar gue upload deh ke twitter!”
“Ih, ngaco. Ga  mau gue”
“Facebook dah, ntar gue setting jadi private”
“Udah puas blom ngelihatinnya? Biar gue ganti nih. Malu gue” Kata Chacha menutupi lengannya yang terbuka lebar
“Ih, berdiri yang bagus kenapa sih” Tegur Bebi
“Oi, kalo ngelihat tuh jangan lupa kedip” Oyon menyadarkan Iin dari lamunannya.
“Hah?” Iin melihat Oyon dengan tampang dongo
Oyon tertawa terpingkal-pingkal
“Cha, Iin terpesona ama lu nih”
“Ih, siapa juga yang terpesona!” Bantah Iin gengsi
“Menurut lu ok ga si Chacha pake dress itu?” Tanya Oyon
“Lumayan….” Jawab Iin sambil mengangguk pelan. Entah apa yang membuat ia gengsi mengakui bahwa Chacha terlihat luar biasa.
“Udah puas blom Beb?” Tanya Chacha gusar “Dingin nih, kena AC. Masuk angin gue”
“Bawel beud sih! Udah deh lepas!” Teriak Bebi tak kalah galak
Begitu mendapat persetujuan Bebi, Chacha langsung melompat masuk ke kamar ganti
“Eh, buset! Yang kalem neng, lagi pake rok tuh!” Seru Oyon
“Bodo” Balas Chacha cuek
Bebi, Oyon, dan Iin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Chacha.


Bersambung






Sabtu, 09 Agustus 2014

Cerita Manis D'Rainbow Setelah SMA part 2; Bebi Cari Sensasi

mengenang scene lucu indra ngejahilin chacha zaman sma

Chacha masih membantu Iin mengelola café-nya yang sudah punya 4 cabang. Tugas Chacha tidak menyita banyak waktu, setiap pagi sebelum berangkat kuliah. Ia menarik data penjualan di komputer kasir, kemudian memeriksa apakah setoran harian yang diberikan sesuai dengan penjualan atau tidak. Setelah itu, Chacha akan menyetor uangnya ke rekening Iin dan mengirimkan laporannya lewat email. Iin sedang mempersiapkan 2 bisnis barunya, desain kaos dan studio musik di sela-sela waktu kuliah sehingga tidak punya waktu untuk mengambil setoran café. Karena pekerjaannya sudah serius, Iin pun sudah menggaji dan memberikan jabatan kepada Chacha. Iin hanya sesekali saja mengunjungi café-café-nya.
Chacha mondar-mandir melihat pantulannya di kaca pintu atm untuk mengecek keadaan benjol di dahinya. Sudah dua hari namun benjolannya belum sembuh juga. Mama Chacha tertawa ketika melihat mereka berdua berjalan bersama dengan dahi yang sama-sama benjol. Begitu juga para tetangga dan karyawan Iin senyum-senyum mengomentari benjolan di dahi mereka. Mamanya Iin justru bertanya dengan curiga.
“Kepala kalian kok bisa sama-sama bengkak begitu sih”
Chacha memandang Iin, mengisyaratkan agar ia menjawabnya. Iin sudah mulai menyadari dampak negative yang diakitbatkan sifat overprotektif mamanya ke orang lain, jadi Iin menghindari jawaban yang membuat Chacha berada di pihak yang bersalah. Zaman sma dulu, Chacha pernah kena damprat mamanya Iin. Di mata mamanya Iin, persoalan Chacha benar-benar bersalah atau tidak adalah urusan kedua, yang penting anak kesayangannya sehat wal’afiat dulu.
“Tadi kebentur…” Jawab Iin singkat
“Kebentur apa, kok bisa berdua gitu?” Tanya mamanya semakin curiga
“Kebentur aja…” Jawab Iin asal
Mamanya bertambah bingung
“Jawab dong In. Siapa tau benturannya kena bagian yang berbahaya. Tau-tau udah pendarahan di dalam aja. Mama ga mau kehilangan anak kesayangan mama”
“Eng….eng….” Iin bingung mencari alasan. Karena bingung, akhirnya Iin pun mengaku “Kebentur kepala Chacha” Mendengar jawaban Iin, Chacha langsung menepok jidatnya sendiri, lalu mengerang pelan karena tak sengaja menepok bagian yang bengkak.
“Kok bisa?” Tanya mama Iin semakin curiga “Kalian ngapain?”
O my God, teriak Chacha dalam hati. Ia sedikit trauma karena dulu mamanya Iin pernah berkomentar sinis soal Chacha yang dianggapnya ga punya sopan santun dan tata krama sebagai dampak perceraian orang tuanya.  Semenjak itu, Chacha selalu menjaga jarak dan perilaku di depan mamanya Iin. Chacha akan langsung kabur dan tidak berkunjung lagi selama setengah tahun jika Iin menjawab bahwa kepala mereka terbentur ketika bergulat. Chacha sudah bisa membayangkan isi pikiran mamanya Iin jika mendengar jawaban itu.
“Tadi….tadi….tadi…. kita lagi main smackdown” Jawab Iin pasrah
Chacha langsung tertunduk lemas.
“Apaan tuh smackdown?” Tanya mamanya IIn
“Tante, saya izin pulang dulu ya. Tadi udah janjian mau jalan ke mall bareng kak Ciara” Chacha berusaha tersenyum
“Oh iya, ya udah. Hati-hati di jalan ya Cha”
“Iya Tante” Chacha menyalim tangan mamanya Iin dan buru-buru kabur. Ia tidak ingin berada di tempat itu ketika Iin menjelaskan apa arti smackdown pada mamanya. Dan benar apa yang Chacha prediksi, ketika keesokan harinya mereka tak sengaja berjumpa di minimarket, wajah mamanya Iin benar-benar tidak ramah.
“Lu gila ya, ngomong ke nyokap lu kalo kita masih main smackdown udah segede ini” Ia menoyor kepala Iin ketika mereka bermain PS di rumah Chacha. Giliran Chacha yang duduk di sofa, dan Iin duduk di karpet.
“Terus gue mesti jawab apa lagi? Gue ga ada ide. Lu juga diam aja” Jawab Iin sambil membalas menoyor kepala Chacha.
“Apa kek, setidaknya bukan itu. Lu tau sendiri nyokap lu ngelihat gue gimana” Protes Chacha
“Tapi untung lu buru-buru pulang kemarin Cha. Lu tau ga sih, gue diceramahin soal seks bebas ama nyokap gue, hahahahahaha” Iin tertawa geli
“EMANG GUE SENGAJA PULANG KARENA GUE TAU PIKIRAN NYOKAP LU BAKAL KEMANA-MANA. Lu tau ga sih, kemarin pas ketemu di minimarket, gue dijutekin ama nyokap lu”
“Serius lo?” Tanya Iin tak percaya hingga ia mengabaikan game ps-nya.
“Huuu….kayak ga tau nyokap lu aja. Udah sering, kale. Jangan-jangan gue udah dicap sebagai cewek penggoda ama nyokap lu”
“Iya, kata nyokap gue kemarin –lagian si Chacha kok masih mau sih, ngeladenin permainan begituan. Dia kan anak gadis. Begitu tuh, kalo anak gadis dikasi les karate jadi kayak cowok kan-“
“Lah elu, hobinya masak ama ngerawat diri, narsis lagi. Kan kebalikan juga, apa bedanya ama gue? Ga adil! Terus…terus…?” Tanya Chacha penasaran, giliran dia yang mengabaikan permainan ps-nya.
“Gue jawab aja – yah… namanya juga lagi diserang. Pasti ngelindungi dirilah Ma- Terus nyokap gue jawab –halah, kalo dia ga ngebalas, kamu juga pasti ga akan terus-terusan nyerang. Emang dia aja yang kegenitan-“
“Maksudnya???” Teriak Chacha kesal “Gue harus rela tangan gue dipelintir ama lu gitu? Akkkhhhh, gue kesel ama nyokap lu…!!! Sorry ya In. Tapi lu juga sih, jawabnya begitu. Abis deh gue. Tapi bodo ah” Chacha berusaha menahan emosinya karena yang mereka bahas adalah mamanya Iin. Iin mungkin menganggap hal itu hanya kata-kata lucu dari nyokapnya, tapi bagi Chacha, itu seperti menekankan pandangan sinis nyokap Iin terhadap Chacha dan keluarganya. Awalnya Iin tertawa-tawa melihat wajah merengut Chacha, namun ia kemudian sadar bahwa temannya itu benar-benar kesal.
“Sorry ya Cha, gara-gara gue image lu jadi hancur”
“Yaelah gitu aja, biasa aja kali In” Chacha berusaha tersenyum
“Lu kesal ya?” Tanya Iin dengan iseng melongok tepat di depan wajah Chacha. Chacha tidak menjawab, hanya mendorong muka Iin agar menjauh.
“Gue tau lu bakal kesal” Iin kemudian berjalan menuju tasnya. Ia mengambil sesuatu dari tas dan melemparkan benda itu ke pangkuan Chacha “Buat lu, biar marahnya hari ini reda dikit” Kata Iin sambil kembali duduk di karpet dan bermain ps. Chacha mengambil benda yang dilempar Iin tadi, sebuah coklat batang berukuran besar. Chacha tersenyum, bukan karena coklat yang diberikan Iin, tapi karena kepeduliannya. Iin tau Chacha akan marah setelah mendengar ceritanya, jadi ia sudah menyiapkan hadiah untuk meredakan amarah Chacha. Kepedulian Iin terhadap hal-hal kecil seperti ini yang membuat para gadis De’Rainbow secara bergantian menaruh hati padanya.
“Kok lu bisa nebak sih, gue bakal kesal beneran”
“Yaelah, kayak gue baru kenal lu kemarin aja”
Chacha tersenyum mendengar jawaban Iin
“Boleh gue makan nih?” Tanya Chacha
“Ya bolehlah. Emang buat lo”
“Thank you ya In”
“Sama-sama Chacha”
Mereka kembali sibuk bermain ps ketika suara yang sangat familiar terdengar dari lantai bawah.
“CHACHAAA….IIIN…. BEBI IS COMING”
“NAIK AJA BEB. KITA DI ATAS” Teriak Chacha sekuat tenaga
“KALIAN MAIN PS LAGI YA???”
“IYAAA!!!” Teriak Chacha lagi
“IIIHHH….DASAR!!!! UDAH GEDE JUGA, MASIH AJA MAEN PS”
“BAWEEEEEL”
“WOI INI RUMAH, BUKAN HUTAN. UDAH KAYAK TARZAN LU BERDUA” Teriak Iin kesal sambil menggosok-gosok telinganya
Bebi muncul dari anak tangga dengan gaya centil khasnya
“Haaaai….” Sapa Bebi riang
“Haaaai….” Balas Chacha dan Iin datar
“Ih, ga seru banget sih nyapa lu berdua” Keceriaan Bebi berubah menjadi amarah
“Sambutan lu berdua kayak ga ada semangat hidup, tau ga! Beda ama sambutan Tasya – Helen. Kalo mereka yang disini, pasti jawabannya  -Aaahhhh, Bebi sayang. Duduk sini, sini! Aduuuh, kangen deh dua hari ga ketemu!- Terus kita bertiga nonton bareng film drama romantis, terus makan di luar sambil ngegosipin artis-artis di management gue, atau ga ngegosipin alumni-alumni sma kita. Huh” Bebi dengan seenaknya duduk di lengan sofa Chacha dan menghalangi pandangannya ke layar tv.  
“Beb, minggir ga kelihatan”
“Ogah. Emang sengaja!”
Chacha mengerang kesal dan berpindah tempat ke sebelah Iin yang duduk di karpet.
“Iiiiihh, ini permainan seram amat sih!!!  Banyak darah gitu. Ga ada game yang lebih lucu apa? Remote tv mana?”
“Hilang” Jawab Chacha
“Lu kemanain?” Tanya Iin bisik-bisik
“Ssstttt” Bisik Chacha menyuruhnya tetap diam
“Matiin! Matiiin! Sesuai perjanjian kita. Sabtu-minggu NO-PS!” Teriak Bebi kesal
“Ntar Beb, nanggung nih”
“Katanya mau jalan-jalan!!! Mana? Mandi aja blom!”
“Gue udah mandi, tinggal ganti baju” Jawab Iin
“Gue juga udah mandi” Jawab Chacha
“Kapan?” Teriak Bebi masih kesal
“Kemaren sore” Jawab Chacha seenaknya
“Bujuk buset” Indra yang duduk di samping Chacha terkejut “Pantesan daritadi gue nyium bau iler. Lu rupanya”
“Enak aja, gue ga ngiler. Bebi tuh yang ngiler”
“Enak aja! Gue ga ngiler. Udah ah, ga usah mengalihkan topik pembicaraan! Cepetan lu berdua mandi!”
Chacha dan Iin mematikan PS kemudian berebutan ke kamar mandi.

***
Pukul setengah delapan malam, Bebi, Chacha, dan Iin memutuskan makan di Sky Dining plaza semanggi. Tempatnya cukup cozy, dan mereka bebas teriak-teriak karena tempatnya di luar ruangan, dan yang pasti, karena disana ada akses internet super cepat juga. Chacha udah janjian mau skype-an bareng Tasya dan Helen jam 8 nanti. Ga terlalu pagi buat Tasya dan ga terlalu malam juga buat Helen. Selesai makan, Chacha menyalakan laptopnya dan mengatur skype-nya untuk bisa video conference bareng Tasya dan Helen. Sembari menunggu Chacha, Iin mengobrol dengan Bebi.
“Gw udah nonton FTV lu yang terbaru Beb. Kok peran lu sebentar amat sih. Baru 2 menit muncul udah diceritain mati. Padahal ceritanya bagus loh” Tanya Iin tak berperasaan. Chacha menyikut Iin.
“Gw juga ga ngerti kenapa gw pernah jadi pemeran utama. Akting gue bagus, tampang gw cakep. Produser ama sutradaranya aja yang matanya jereng”
“Akting gitu lu bilang bagus? Hellow….. give me a break. Akting lu tuh, bikin kepala gue sakit. Suara lu, tampang lu, gesture lu, semuanya hancur” Terdengar suara menjengkelkan dari belakang. Chacha, Iin, dan Bebi menoleh ke asal suara dan melihat tiga orang gadis cantik seumuran mereka tengah berdiri sambil melipat tangan.  
“Ci…ci…Cinta Lauriel?” Kata Iin terbata-bata menunjuk gadis yang berdiri di tengah-tengah “Gue fans berat lo” Kata Iin lagi. Chacha menahan Iin agar tidak bertingkah memalukan.
“Makasih. Jangan lupa dukung gue jadi artis terfavorite di SCTV Awards ya” Kata Cinta Lauriel tersenyum manis ke arah Iin. Iin menangguk patuh sementara Bebi dan Chacha tampak geram.
“Ngapain lu di sini?” Sentak Bebi galak
“Bukan urusan lo. Gue cuma ga tahan aja dengar lu muji-muji diri sendiri. Iih, kasihan deh orang yang haus pujian. Ha…ha…ha..hahahaha” Cinta Lauriel tertawa ngeselin diikuti oleh dua temannya yang ikut-ikutan tertawa tapi dengan tampang bingung.
“Udah deh, ga usah sok-sok-an. Lu juga terkenal karena modal tampang bule aja” Balas Bebi sengit
“Iih, iri ya. Kasihan deh. Ayo guys, kita pergi! Ngapain buang-buang waktu buat orang ga penting. Kalo tau lu di sini, gue juga ga bakalan makan di sini. Mana mau gue, makan bareng artis papan bawah” Cinta Lauriel kembali tertawa ngeselin sebelum berlalu dari hadapan mereka. Ia berbalik sebentar hanya untuk mengingatkan Iin agar tidak lupa memilihnya di ajang SCTV Awards.
Sepeninggalnya Cinta Lauriel, Iin tampak bahagia sementara Bebi sebaliknya.
“Siapa tuh?” Tanya Chacha bingung
“Lu ga kenal dia Cha? Dia bintang utama sinetron Ganteng-ganteng Harimau” Tanya Iin tak percaya
“Ga, gue jarang nonton sinetron. Kalo pemain supernatural atau CSI gue kenal”
“Ya ampun Cha, itu tuh Cinta Lauriel. Aktris muda paling popular di Indonesia saat ini” Jelas Iin
“Ga yang paling popular juga kali In” Bantah Bebi
Ketika pelayan mengantarkan minuman, Bebi mengambil gelasnya dan minum dengan tampang jutek. Belum hilang kekesalannya, lagi-lagi terdengar suara yang sangat familiar dari belakang mereka.
“Eh…eh…eh…eh…kayak kenal deh”
“Siapa lagi sih?” Teriak Bebi yang masih kesal dengan Cinta Lauriel
Iin dan Chacha menoleh ke belakang dan melihat Oyon Suroyon sudah berdiri dengan gaya khasnya.
“Oyon!” Teriak Iin dan Chacha berbarengan “Udah lama ga nongol”
“Gila, gw ga nyangka bakal bilang ini. Tapi gw kangen banget sama lu Yon” Kata Iin sambil memeluk Oyon
“Gantengan lu Yon. Dulu dekil amat” Puji Chacha
“Yoi Cha. Udah jadi artis harus perawatan dong”
“Lu kesini bareng siapa? Bareng cewek lu ya? Kenalin dong” Tanya Iin
“Apaan sih In. Ga enak ah ada ayang Beibeh di sini” Jawab Oyon “Ayang Beibeh…!!! Kamu makin cantik aja deh”
“Bodo!” Balas Bebi
“Ihh, ayang Beibeh jawabnya gitu” Kata Oyon sok ngambek
“Akrab banget sih lu berdua. Jangan-jangan, jangan-jangan nih…” Terka Iin ga jelas
“Apaan sih In” Kata Chacha bingung
“Loh, lu berdua ga tau?” Tanya Oyon
“Blom tau apaan?” Chacha balas bertanya
“Gue ama Beibeh kan udah satu management sejak tiga bulan lalu” Jelas Oyon “Bebi ga ada cerita?”
Iin dan Chacha menggeleng
“Gue udah cerita. Mereka aja yang ga dengar, gara-gara asik maen ps” Jelas Bebi dengan wajah kesal
“Begh, akrab banget lu berdua” Goda Oyon “Bagus Cha, ajarin Iin biar jadi lebih macho. Lu berdua kan cocok tuh. Sifatnya kebalik. Yang cewek, kecowok-cowok’an. Yang cowok, kecewek-cewek’an”
“Lu juga cocok tuh sama si Bebi. Sama-sama ngeselin” Balas Iin
“Lu ga tau aja Yon, gara-gara sering bergaul ama Chacha nih. Si Iin sifatnya juga rada mirip Chacha sekarang”
“Eh, si Tasya udah online nih” Kata Chacha
Chacha mengutak-atik skypenya sebentar dan tak lama kemudian wajah Tasya muncul di layar laptop Chacha. Tasya duduk di halaman rumput kampus, keadaan di sekelilingnya terang benderang. Philadelphia yang berbeda 11 jam dengan Indonesia terlihat cerah dan hangat disinari matahari musim semi. Tasya terlihat semakin cantik dan bergaya. Rambut panjangnya tampak berwarna coklat diterangi sinar mentari pagi.
“Hey guys. I miss you so much!”
“Tasyaaa!!!!!” Teriak Chacha dan Bebi bersemangat. Iin juga menjawab sapaan Tasya, namun tidak seantusias Chacha dan Bebi “Kita kangen banget nih sama lu” Lanjut Bebi
“Sama Beb. Aku juga kangen kalian di sini” Balas Tasya
“Ih Tasya, lu tuh makin cakep aja deh tiap hari. Lu beneran kuliah ga sih di sana” Puji Chacha
“Ah bisa aja Cha, kamu juga kelihatan makin cakep kok”
“Makin kucel begini lu bilang cakep” Bebi memprotes Tasya “Gue yang jelas-jelas makin cakep ga dipuji”
“Hiiii, sirik aja lu” Balas Chacha
Tasya tergelak melihat tingkah kedua temannya yang dari dulu memang selalu bertengkar
“Kamu cantiknya luar biasa Beb, sampe ga bisa dipuji lagi. Apalagi di FTV kamu yang baru. Aku sampe bela-belain streaming lho biar bisa nonton” Bebi tersenyum manis dipuji sedemikian rupa
“Sya, kita kedatangan teman lama nih?” Chacha menggeser laptop agar webcamnya menyorot wajah Oyon.
“Eh….itu Oyon ya?” Teriak Tasya bersemangat “Kok beda sih, jadi ganteng!”
“Ah, Tasya bisa aja!” Jawab Oyon malu-malu bikin jijay “Lu juga makin cakep Sya. Makin kayak bule!”
“Nama kamu sering banget aku lihat di berita yahoo Indonesia. Kamu udah terkenal ya sekarang. Hebat deh!!!” Kata Tasya, baik dan ramah seperti biasanya.
“Ah, Tasya mah…bikin malu aja” Balas Oyon dengan logat betawi khasnya
“Sya, bentar ya. Gw connect-in ke Helen dulu”
“Ok, Cha”
Chacha mengutak-atik lagi laptopnya dan tak lama kemudian muncullah wajah imut Helen dengan kacamata besarnya. Helen terlihat mengenakan piyama tidur dan selimut tebal di luar ruangan. Ia menguap sangat lebar, tidak sadar anak-anak De’Rainbow sudah bisa melihat tampangnya di layar laptop.
 “Helen!!!!” Teriakan mereka membuat Helen kaget dan berhenti menguap dengan mulut masih terbuka lebar.
“Woi! Nguap gede amat. Udah kayak buaya” Kata Iin tergelak
“Terserah gue dong, mulut-mulut gue” Balas Helen “AAaaaaakhhhhhh……guys!!!!! Kangen banget gue lihat kalian!” Lanjutnya lagi
“Kita juga” Teriak mereka beramai-ramai kemudian tertawa riuh.

Mereka saling bergantian menggoda dan mengolok-olok satu sama lain sehingga membuat suasana menjadi semakin ramai dengan dengan canda dan tawa. Situasi seperti inilah yang sangat mereka rindukan. Duduk bersama, berteriak dan tertawa seolah-olah tak punya beban hidup.
“Lu lagi makan apa Len?” Tanya Iin yang sudah bisa tertawa lepas
“Ahhh, gue lagi makan bulgogi”
“Hah? Buldog?” Kata Bebi, lemot seperti biasanya
“Apaan tuh?” Tanya mereka bingung
“Daging sapi panggang. Nih gue lagi makan bareng teman gue. Lu semua pasti kaget ngelihat siapa yang gue temuin di sini!”
“Lagi bareng Oyon ya” Tanya Chacha menggoda Helen
“Kalo Oyon disana, terus ini siapa?” Protes Oyon lucu
“Eh, itu Oyon yah?” Tanya Helen tak percaya
“Iyeeeee. Ini gue!” Jawab Oyon
“Oyon, lu kok ga dekil lagi sih? Ga seru ah. Ga ada yang diledekin lagi dong” Kata Helen
“Huuuuuh, kalo ngeledekin gue aja. Hepi banget” Oyon membalas candaan Helen “Siapa yang lagi makan bareng lu di sana? Lebih ganteng dari gue ga? Waduh, berani benar ngerebut Helen dari gue” Lanjutnya lagi
“Oh iya” Helen tampak menarik seseorang dari dekat panggangan.
“Halo semua!” Seorang pemuda dengan wajah yang tak asing, muncul di layar laptop Chacha. Butuh waktu agak lama hingga anak-anak De’Rainbow bisa mengenali pemuda itu.
“Itu….Wawan bukan sih?” Kata Tasya
“Aaaah….iya” Teriak anak-anak De’Rainbow yang berada di Indonesia plus oyon
“Kok bisa????” Teriak mereka lagi
“Wawan sebenarnya juga kuliah di kampus lu Cha. Tapi kalo lu ngambil psikologi, Wawan ngambil jurusan sastra Indonesia. KBRI di Korea lagi bikin pekan budaya di sini, naaaah si Wawan dan teman-temannya diundang buat tampil”
“Yaaaaah. Peluang gue buat jadian ma lu makin kecil dong Len” Teriak Oyon. Bebi meneriakinya. Chacha dan Iin hanya tertawa kecil mendengar kata-kata jujur yang keluar dari mulut Oyon.
“Kalian salah paham. Wawan tuh bukan pacar gue. Kita cuma temenan kok”
“Teman atau temen?” Goda Iin “di Korea udah jam berapa sekarang Len? Kok Wawan masih ada di apartemen lu?” Lanjut Iin menampilkan wajah isengnya tepat di depan webcam hingga membuat Tasya dan Helen terkejut melihatnya.
“Aaa…gu…gu…i…ini” Helen tiba-tiba tidak bisa berbicara
“Caelah, dianya malu-malu” Oyon ikut-ikutan menggoda Helen
“Aaaaah, Helen. Gue ga nyangka ternyata lu duluan yang ngerasain. Cerita-cerita dong”
“Bebi, ngomong apaan sih. Dasar otak mesum!” Chacha menoyor kepala Bebi. Bebi manyun sambil menggosok-gosok kepalanya.
            Mereka terus bercanda dan tertawa, tak peduli dengan lirikan orang-orang yang penasaran dengan kericuhan mereka. Satu setengah jam kemudian, mereka memutuskan untuk menghentikan video conference itu. Pertama karena di Korea sudah hampir tengah malam dan Wawan harus pulang ke apartemen temannya. Kedua, Tasya ada kegiatan bareng teman kampusnya. Ketiga, karena anak-anak ga enak dengan keributan mereka yang mulai mengganggu orang-orang yang makan di skydining. Mereka merasa lapar dan haus setelah video conference yang ricuh itu. Jadi Iin, Chacha, dan Oyon memesan lagi makanan.
“Beb, lu ada masalah apa sih sama si Cinta Lauriel? Kok dia ngebully lu gitu sih?” Tanya Chacha
“Ga ngerti gue. Emang dia aja sirik karena gue lebih cantik dan berbakat. Dia kan cuma menang tampang bule aja” Kata Bebi “Lu tau sendiri orang Indonesia lebih cinta bule daripada lokal”
“Beb, kalo mau terkenal di Indonesia, lu tuh harus cari sensasi” Iin memberikan saran
“Bener tuh ayang Beibeh” Oyon mengangguk “Produser tuh milih pemain utama bukan berdasarkan bakat aja. Kalo lu popular banget di masyarakat dan dianggap menjual, lu juga bisa jadi pemeran utama. Contohnya tuh si Dewi Resik ama Julia Ngeres”
“Setuju gue Beb. Lu bikin gossip apa kek, yang bikin orang-orang bisa kenal lu”
Chacha menyenggol lengan Iin, memberi sinyal agar Iin tidak keterlaluan menggoda Bebi.
“Tapi gue ga nyangka dunia hiburan ada bullying macam gini” Kata Chacha, sengaja mengembalikan pembicaraan ke topik awal mereka “Lu ga diapa-apain kan? Kalo kata katanya sih lu cuekin aja. Ga penting nanggepin orang kayak gitu” Tanya Chacha lagi
“Wah, kalo gue jadi lu, udah gue tonjok tuh cewek” Bagaikan setan Oyon dan Iin muncul di samping Bebi dan mengompor-ngomporinya.
“Bener tuh Yon, ngasi pelajaran dikitlah biar jangan macem-macem lagi”
“Ih, lu berdua apaan sih. Udah deh, jangan nyari masalah” Bentak Chacha sehingga membuat Oyon latah sanking kagetnya “Saran kekgitu jangan didengerin Beb!” Lanjut Chacha
“Hm…” Kata Bebi menggerakkan bibirnya sebagai sinyal tanda setuju.
            Chacha sengaja memilih topik seru yang bisa mereka bahas bersama-sama untuk membuat Bebi melupakan kekesalannya. Satu jam kemudian, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika sedang berjalan ke pintu keluar, mereka berpapasan lagi dengan Cinta Lauriel. Ketika mereka lewat, terdengar celotehan sinis Cinta Lauriel.
“Wah, si artis papan bawah udah pulang. Haaah, akhirnya tempat ini jadi elite lagi”
Bebi berhenti berjalan dan berbalik menantang.
“Maksudnya apa tuh?”
“Ih, emang yang gue maksud elu. Berarti lu ngaku dong, kalo lu artis papan bawah, ha…ha..ha..hahahahaha” Katanya kembali tertawa ngeselin
Kejadian selanjutnya benar-benar tak disangka oleh Chacha, Iin, maupun Oyon. Bebi berjalan ke arah Cinta Lauriel dan menonjok wajahnya. Chacha, Iin, dan Oyon membelalakkan mata menyaksikan peristiwa itu. Dengan sigap, mereka menarik Bebi sekuat tenaga hingga keluar skydining, bahkan memaksanya masuk ke mobil dan pulang. Di mobil, Chacha, Iin, bahkan Oyon memarahi Bebi abis-abisan.
“Bebi, lu tuh udah gila ya? Tuh cewek pasti ga terima di begituin, apalagi yang lu tonjok mukanya. Lu yang bilang sendiri kalo di dunia keartisan, aset yang paling berharga tuh muka! Grrrr…..” Chacha meluapkan semua emosinya “Lagian lu berdua sih! Udah tau Bebi gampang kena hasut, masih aja dikompor-komporin”
“Kita becanda Cha. Gue ga ngira Bebi benar-benar mau nonjok orang” Iin berusaha membela dirinya. Sedangkan Oyon masih melongo, trauma dengan kejadian yang baru disaksikannya.
“Biar aja, biar tau rasa dia. Udah lama gue gedek ama dia” Kata Bebi sengit
“Bebi…., kalo dia ngelapor ke polisi gimana? Lu tuh bisa dituntut karena menganiaya orang” Kata Chacha hampir menangis sanking putus asanya menjelaskan ke Bebi dampak perbuatannya.
"Lebay banget sih lu Cha. Gue cuma nonjok sekali doang kok. Polisi juga males kali nanggepin laporan tuh cewek. Tapi kalo polisi nanggepin, bagus dong, biar beritanya jadi lebih besar. Kayak Oyon dan Iin bilang, artis tuh emang banyak yang populer gara-gara nyari sensasi"
"Beb, lu parah ya. Udah kekgini masih aja mikiran popularitas" Tegur Iin
"Pokoknya nih, lu berdua termasuk lu Yon, ga ada yang boleh ngelapor ke bokap nyokap gue! Kita udah dewasa, ga perlu ngelapor-ngelapor kayak anak kecil"
"Ga bisa Beb, kasus ini tuh udah masuk tindak kriminal. Gue ga mau ambil resiko. Lu tuh yang kayak anak kecil! Makanya kalo mau ngelakuin sesuatu mikir dulu dong. Percuma lu dikasi otak"
"Sok pintar lu Cha, jangan mentang-mentang masuk UI lu jadi berasa paling pintar dari gue"
            Walaupun Bebi memprotes, Chacha dan Iin tetap menjelaskan kepada orang tua Bebi tentang perbuatan yang baru saja Bebi lakukan. Nyokap Bebi sampe pingsan mendengar berita itu dan bokap Bebi marah besar. Walau Bebi menganggap mereka pengkhianat, tapi bagi Chacha, Iin, dan bahkan Oyon ini adalah langkah tepat. Benar saja, ayah Bebi langsung menghubungi pengacara mereka untuk berkonsultasi mengenai tindakan kriminal yang baru saja Bebi lakukan. Iin dan Chacha tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan masalah ini. Mereka bbm-an sambil menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bersambung