Kok lu tega banget sih Cha?
Chacha, Iin, dan Bebi
begitu senang setelah membaca pesan Helen dan Tasya di Line group D’Rainbow
hari ini. Mereka mengatakan libur musim panas telah tiba di Amrik dan di Korea,
yang artinya mereka akan pulang ke Indonesia, yay!!! Apalagi, summer break itu
bertepatan dengan libur semester ganjil, jadi mereka bisa kumpul dan
senang-senang!
Segera setelah Helen
dan Tasya tiba di Indonesia, D’Rainbow langsung kumpul di tempat karaoke
keluarga favorit mereka. Segala tekanan hidup dan hal-hal menjengkelkan mereka
luapkan dengan berteriak-berteriak ga karuan. Ada satu hal yang ga berubah dari
gaya hidup mereka, ga ada yang rela mentraktir. Saat layar menunjukkan bahwa
waktu karaoke mereka telah habis, Chacha sibuk mengumpulkan uang untuk bayar
sewanya. Puas bernyanyi, mereka mengisi perut di salah satu resto popular di
daerah itu.
“Eh, ngegosipin alumni
sma kita yuk” Ajak Bebi
“Ada
yang tau Virgo dimana ga?” Tanya Helen tiba-tiba
Mendengar
nama Virgo disebut, wajah Bebi langsung berubah masam
“Kok
langsung bahas Virgo sih?” Tanyanya gusar
“Lah,
terus siapa lagi Beb? Gue udah bosan ngebahas Claudia mulu”
“Virgo
kuliah di kampus gue” Jelas Chacha “Jurusan Hukum, gue juga baru tahun lalu, itu
juga lihatnya di Baliho kampus. Dia ketua BEM kampus gue”
“Iya?”
Anak-anak D’Rainbow terdengar surprise mendengar kabar itu, kebanyakan karena
tidak mengerti artinya. Setelah Chacha menjelaskan panjang lebar, baru mereka
mengangguk-anggukkan kepala.
“Kayaknya Virgo bakal jadi politikus deh
nantinya. Apalagi jurusannya Hukum” Kata Iin
“Iya.
Senang banget ya dia berorganisasi, waktu SMP jadi ketua OSIS. SMA jadi ketua
OSIS juga. Kuliah, jadi ketua BEM” Gumam Tasya
“Sepuluh
tahun lagi jangan-jangan dia jadi ketua MPR” Kata Helen
“Atau
presiden?” Sambung Bebi
“Jauh bener khayalannya” Balas Chacha
“Yaaah….Bebi
nyesal deh dulu putus ama Virgo” Goda Helen. Bebi hanya bisa manyun
“Siapa
juga yang nyesel. Virgo itu ngebosenin tau, mukanya sih ganteng, tapi omongannya
selalu ngebosenin, tentang politik-lah, korupsi-lah, hajat hidup orang
banyak-lah, ga ngerti gue…”
“Ga
heran Virgo kabur Beb, habisnya lu oon sih” Canda Iin
“Udah…udah…,
itu kan masa lalu” Kata Tasya “Ga usah diungkit-ungkit lagi”
“Cie,
Tasya yang ga mau ngungkit masa lalu. Virgo itu kan cinta pertama Bebi en Tasya”
Kata Helen cuek.
“Lu
sama Bebi juga sama-sama suka Oyon” Balas Chacha mewakili Bebi dan Tasya
“Lu
ama Bebi juga sama-sama suka kakak gue, sama-sama suka Ricko, Raja, noh si Iin
aja lu rebutin… “
“duh
makin banyak disebutin, kok gue ngerasa kita sering suka cowok yang sama ya?”
Gumam Chacha.
Hanya satu orang yang
tidak ikut berdiskusi masalah itu. Yup, Iin pura pura sibuk menerima telpon
dari rekan bisnisnya yang tak lain adalah Oyon. Ia meminta Oyon menelponnya
karena anak-anak D’Rainbow membahas masalah yang terlalu sensitif bagi Iin. Sebagai
balasannya, Iin berjanji akan membantu Oyon mendapatkan ayang Beibeh.
Sejak terpencar,
hubungan D’Rainbow jauh lebih harmonis. Kini mereka tidak lagi ragu membahas
isu-isu sensitif dalam kehidupan mereka. Hanya dengan begitu mereka bisa
memanfaatkan waktu yang sangat sempit untuk membuat pertemuan mereka menjadi
lebih berkualitas. Selain itu beranjak dewasa, ego mereka juga sedikit
berkurang. Mereka jarang bertengkar sampe ngambek-ngambekan karena hal itu
hanya membuang-buang waktu pertemuan mereka yang sangat singkat.
“Oh,
iya ya… masih ingat ga Tasya megangin hidungnya sambil ngekhayal dari pagi
sampe malam karena dicubit Virgo?” Chacha, Helen, dan Bebi tergelak sementara
Iin pura-pura sibuk dengan hapenya.
“Tapi
menurut kalian, cinta pertama itu orang yang pertama kita sukai atau pacar
pertama kita?” Tanya Bebi polos
“Emmm,
kalo menurut gue cinta pertama itu, orang yang pertama kita suka. Pertama
kalinya ngerasain hati yang deg-degan ga karuan gara-gara cowok” Jawab Helen
“Gue
ingat cinta pertama Chacha itu namanya Putra kan?” Kata Tasya
“Emmmm…..
gimana ya? Emang sih, kalo dilihat dari pengertian Helen. Cinta pertama gue ya Putra.
Tapi, gue rasa, kita lebih ingat pacar pertama ga sih” Jelas Chacha, menghindar
menyebut nama Mongky
“Yang
kocak tuh Helen, cinta pertamanya Oyon!” Seru Chacha tertawa lepas kemudian
menahan dirinya setelah melihat Bebi manyun.
“Kalo
dari pengertian yang gue sebutin tadi sih, cinta pertama gue sebenarnya Valen,
walaupun nasibnya kayak Chacha. Bertepuk sebelah tangan”
"Kita gampang amat ya sekarang ngebahas ini. Dulu bisa sampe cakar-cakaran deh. Apa karena kita udah ngelupain cinta pertama kita?"
"Kita gampang amat ya sekarang ngebahas ini. Dulu bisa sampe cakar-cakaran deh. Apa karena kita udah ngelupain cinta pertama kita?"
Chacha berhenti bicara karena teringat Iin yang
belum bisa ngelupain Tasya. Keadaan sempat menjadi canggung untuk beberapa
saat. Untungnya, di saat yang bersamaan pelayan datang dan mencatat pesanan mereka.
Chacha langsung mengalihkan perhatian anak-anak D’Rainbow ke buku menu.
“Lu minumnya apa Sya?” Tanya Bebi
“Bir
aja deh” Jawab Tasya
“Gue
juga” Kata Helen santai
Chacha, Iin, dan Bebi bengong mendengar
pesanan mereka, setelah itu saling bertatapan tak percaya. Dua gadis paling
baik di D’Rainbow jadi doyan bir sejak sekolah ke luar negeri. Oh my God,
Chacha ga bisa ngebayangin kalo mereka bertiga yang sekolah di Amrik atau di
Korea. Tinggal ma ortu aja masih dibilang bandel dan bermasalah, apalagi kalo
tinggal sendirian di luar negeri. Jangan-jangan pulang ke Indonesia udah bawa
anak.
Sejak
sekolah ke luar negeri, memang anak-anak D’Rainbow yang tinggal di Indonesia
bisa melihat perubahan gaya hidup Tasya dan Helen. Yang paling gamblang adalah
cara dandan dan berpakaian. Penampilan Helen sudah sangat berubah. Poni lucunya
sudah hilang berganti dengan rambut panjang berwarna coklat caramel. Helen juga
sudah mengenakan softlens, hanya sesekali ia mengenakan kacamata. Baju yang Helen
kenakan pun sangat terinspirasi dari Korean style yang penuh dengan benda-benda
lucu dan warna-warna baby. Kata Helen, di Korea sana orang-orang sangat
memperhatikan penampilan. Kalo penampilan kita ga banget, bakal susah nyari
teman. Bebi yang dari dulu emang centil, senang banget ngelihat gaya Helen.
Bahkan sekarang mereka punya satu topik yang bisa mereka bahas bareng-bareng.
Beda lokasi, beda pula
gaya. Apabila Helen jadi lebih kekorea-koreaan, maka Tasya jadi lebih
kebarat-baratan. Bagusnya, tubuh kurus-jangkung Tasya jadi lebih berisi karena
di sana lebih banyak makan protein daripada gula. Penampilannya pun jadi lebih
elegan. Kalo Bebi suka dengan gaya Korean style-nya Helen, maka Chacha sangat
suka gaya Tasya yang sekarang. Tasya yang sekang tuh benar-benar beda banget. Buang
jauh-jauh deh bayangan Tasya waktu masih susah dulu. Hanya satu masalah fashion
Tasya, bajunya jadi lebih terbuka. Tasya mungkin tidak sadar karena selama di
Amrik, hal tersebut dinilai normal-normal saja, tapi di Indonesia justru
kelihatan agak vulgar. Bahkan baju yang menurut Tasya sopan dan tertutup, masih
dinilai terlalu seksi oleh Chacha, Iin, dan Helen, beda dengan Bebi yang memang sudah
terbiasa melihat hal tersebut. Sebenarnya Chacha, Iin, dan Helen juga tidak
terlalu ekstrim menilai cara berpakaian ala budaya barat. Bagi mereka,
mengenakan baju terbuka sih sebenarnya ok-ok saja, asalkan sesuai dengan waktu
dan tempat. Terlalu sering mengomentari baju yang dikenakan Tasya terkadang membuat
anak-anak D’Rainbow jadi ga enak sendiri sehingga mereka pun belajar
menerimanya. Nah, sekarang nambah satu lagi masalah. Tasya dan Helen jadi doyan
minum bir.
Selepas pertemuan
pertama mereka, Chacha dan Iin membahas masalah ini di sela-sela waktu bermain
PS mereka.
“Cha
bilangin tuh sama si Helen-Tasya, budaya luar jangan dibawa-bawa ke Indonesia.
Ga suka gue ngelihat mereka minum bir begitu”
“Ya
bilanglah sendiri. Masa’ harus gue sih”
“Ga
enak gue”
“Ya
lu kira gue gimana? Kita kan udah sama-sama gede, ga enak juga kalo terlalu
ngatur gaya hidup mereka In”
“Tapi
yang mereka lakuin kan salah”
“Lu
bantuin juga dong, masa’ gue sendirian”
“Iya,
ntar gue coba bilangin ke Helen. Lu bilangin ke Tasya” Kata Iin memberi saran
“Tapi
kan… gue udah sering banget ngomentari Tasya soal bajunya. Orang sabar kayak
Tasya bisa ngeri tau kalo sekali marah. Gimana kalo kita gantian?”
“Duh
Cha, kalo gue ga punya masa lalu ama Tasya, gue bakal nerima tawaran lu. Tapi
lu tau sendiri kan Tasya itu mantan gue. Ntar gue bisa dituduh macem-macem kalo
ikut campur kehidupan pribadinya”
Chacha
menghela nafas panjang
“Tapi
gimana cara ngomongnya ya?”
“Ya
ngomong, pake mulut” Kata Iin tak peduli
Chacha
menimpuk Iin dengan bantal sofa.
Seminggu kemudian,Tasya mengajak spa di
salon langganannya. Sayangnya, Helen sudah berjanji menemani kak Aldi membeli
buku dan Bebi ada jadwal syuting.
“Bareng
gue aja Sya” Chacha menawarkan diri
“Ha?”
Tasya dan Helen melihat Chacha tak percaya
“Sekali-sekali
gue juga pengen ke spa” Jelas Chacha sambil cengengesan, padahal dalam hati ia
sangat malas. Kalo bukan untuk membahas masalah bir, Chacha ogah dah pergi ke
spa. Dia udah dengar dari kak Ciara gimana badan kita bakal dipegang sana dan
sini sama mbak-mbaknya. Ya iyalah Cha, namanya juga lagi dipjat.
Sesampainya di spa,
bukannya menasehati Tasya soal bir, Chacha malah keenakan dipijat hingga
tertidur pulas, udah gitu gaya tidurnya malu-maluin lagi. Tasya memotret chacha
dan membagikannya ke anggota D’Rainbow lewat private chat. Foto itu sukses
membuat Iin, Helen, dan Bebi tertawa ngakak. Sehabis spa dan nyalon, Chacha dan
Tasya makan malam di resto favorite yang Chacha rekomendasikan. Saat menunggu
pesanan datang, tiba-tiba mata Tasya tertuju pada seorang pemuda yang
memperhatikannya sejak tadi. Mereka saling menunjuk sebelum mengklarifikasi
identitas masing-masing. Chacha melihat ke arah lawan bicara Tasya dan segera
mengenali sosok jangkung Virgo. Chacha dan Tasya melambaikan tangan mereka,
mengajak Virgo datang ke meja mereka.
“Hei, udah lama banget
ga ketemu. Kalian berdua makin cakep aja”
“Si Tasya tuh, kalo gue
masih gini-gini aja dari dulu”
“Iya, emang kamu
kelihatan beda banget Sya. Gimana kabarnya? Kita satu kampus ya kan Cha”
“Loh, kok lu tau?”
Tanya Chacha
“Ya iyalah, fakultas
kita kan sebelahan. Tapi lu susah banget ditemui di kampus, lu ga aktif ikut
organisasi ya?”
“Gue aktif kok, tapi di MAPALA dan UKM Basket. Selain itu, gue juga bantuin
Iin ngelola café-nya”
“Oooooh, kok bisa ya kita jarang ketemu?"
"Organisasi kita beda aliran" Komen Chacha
"Gue dengar-dengar lu kuliah di Amrik Sya. Kuliah dimana?”
Tanya Virgo, beralih ke Tasya
"Organisasi kita beda aliran" Komen Chacha
"Gue dengar-dengar lu kuliah di Amrik Sya. Kuliah dimana?”
Tanya Virgo, beralih ke Tasya
“Di upenn”
“Ha? Dimana tuh?” Tanya
Virgo bingung
“University of Pennsylvania”
“Oooooo, yang di
Philladelphia itu ya”
“Kok tau” Giliran Tasya
yang bingung
“Gue pernah ikut
conference mahasiswa hukum di sana”
“Wah, keren tuh”
“Ah, biasalah mahasiswa”
“Kamu sendiri di sana
ngambil jurusan apa?”
“Ngambil jurusan social
policy”
“Wah, jurusannya ga ada
di Indonesia tuh. Di kampus aku adanya jurusan kesejahteraan sosial, itu juga
udah ditutup karena kurang peminatnya”
“Iya, makanya daddy,
nyuruh aku kuliah jauh-jauh ke sana. Sebenarnya tadinya aku masuk jurusan
kesejahteraan social, di kampus aku kan juga ada jurusan social welfare, tapi
daddy nyaranin buat ngambil jurusan social policy aja”
“Emang bedanya apa?”
Tanya Virgo lagi
“Aku kurang tau kalo di
sini kurikulumnya seperti apa, tapi kalo kami di sana lebih ngebahas tentang
gimana cara mengevaluasi kebijakaan pemerintah, cara membuat kebijakan yang
sesuai dengan kondisi masyarakat terutama kaum marginal”
“Luas banget dong
cakupannya”
“Iya, makanya dari awal
masuk kita udah disuruh milih satu negara dan satu aspek untuk dibahas secara
khusus. Bisa soal kesehatan, ekonomi, kriminal, hak-hak politik, banyak deh.
Metode penelitian yang dipake sebenarnya sama-sama aja….”
Bla…bla…bla…bla…,
itulah yang terdengar di telinga Chacha. Ia berasa jadi nyamuk di sana karena
ia tidak mengerti apa yang Virgo dan Tasya bicarakan. Benar kata Bebi, mungkin
dia dan Iin memang kurang bersosialisasi akhir-akhir ini. Dan Bebi juga benar soal obrolan Virgo yang ngebosenin. Saat seru-serunya
berdiskusi, pelayan datang membawa pesanan mereka. Virgo terkejut dengan botol
bir yang diantar oleh pelayan.
“Kamu minum Sya?” Tanya
Virgo tak percaya
“Eh….iya” Jawab Tasya
malu, merasa Virgo akan menuduhnya sebagai cewek nakal. Karena bir di Indonesia
memang masih dianggap sesuatu yang negatif.
“Maaf ya”
“Ah,
gapapa. Teman aku yang kuliah di luar negeri juga jadi doyan bir. Habisnya
disana ditawarin mulu” Kata Virgo
“Eeem…
iya. Kalo aku hang-out bareng teman-teman college pasti diajaknya ke bar deh.
Awalnya sih nolak, tapi lama-lama jadi ga enak” Jelas Chacha
“Sama.
Dulunya sih aku ga terima sama alasan teman aku itu. Tapi setiap aku ikut conference internasional, pasti deh malamnya diajak ke Bar. Emang ga enak,
kalo cuma aku yang ga minum. Soalnya di beberapa negara, itu justru menunjukkan
itikad bersahabat. Tapi ngelakuinnya sesekali aja, udah nyampe di sini
kebiasaan kayak gitu ditinggalkan. Benar kata orang, masih lebih enak cendol”
Virgo bercerita panjang lebar “Biasanya sih orang minum bir alasannya cuma ada
dua, buat have fun bareng teman atau lagi ada masalah” Lanjut Virgo sambil
tersenyum manis ke arah Tasya dan langsung mendeteksi kegelisahannya. Virgo
melirik Chacha yang seolah mendapat percerahan setelah mendengar perkataannya
dan sadar bahwa ada sesuatu yang ingin mereka bahas sesegera mungkin. Virgo pun
permisi kembali ke mejanya. Sebelum pergi, mereka sempat tuker-tukeran nomor.
“Sya,
emang kamu lagi ada masalah?” Tanya Chacha setelah Virgo pergi.
“Eeeeeng,
ga ada kok Cha” Kilah Tasya
“Udah
Sya, jujur aja. Gue tau kok lu orangnya gimana, lu bukan orang yang mudah kena
pengaruh buruk. Minum-minum kayak gini tuh bukan lu banget. Kalo lagi ada
masalah, cerita aja”
Tasya
menghela nafas panjang sebelum mulai bercerita
“Kamu
tau kan kalo tahun ini sebenarnya study aku udah selesai?” Kata Tasya sebagai
pembuka cerita. Chacha mengangguk. “Nah, mama dan daddy nyuruh aku untuk
langsung ngelanjutin S2”
Mata Chacha terbelalak kaget.
“Terus,
terus?”
“Aku
sebenarnya pengen balik ke Indonesia, kerja dulu setahun setelah itu baru kuliah
lagi. Tapi kata daddy, ga usah, katanya orang yang udah kerja biasanya malas
sekolah lagi. Mending langsung lanjut aja, apalagi pelajarannya masih fresh di
kepala. Ditambah, kalo aku udah sempat pulang ke Indonesia, untuk balik kesana aku
harus ngurus segala dokumen baru lagi”
“Jadi?”
“Jadi…
aku udah mutusin untuk lanjut S2”
“Berarti
kita pisah lagi dong” Kata Chacha sedih. Ia memeluk Tasya erat. Saat memeluk
temannya itu, Chacha memikirkan bagaimana perasaan Indra mendengar berita ini.
Bersambung